MENJAGA RAHASIA

Allah Ta'ala berfirman:

Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan." (al-lsra': 34)

683. Dari Abu Said al-Khudri r.a,, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Allah dalam hal kedudukannya
pada hari kiamat ialah seseorang lelaki yang menyetubuhi isterinya dan isterinya itupun
menyet'ubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahasia isterinya itu," misalnya mengatakan
pada orang lain perihal cara bersetubuhnya atau apa-apa yang dilakukan sebelum itu dan
lain-lain. Hal ini termasuk dosa besar. (Riwayat Muslim)

684. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Umar r.a. pada suatu
ketika puterinya itu menjadi janda yakni Hafshah.

Umar berkata: "Saya bertemu Usman bin Affan, kemudian saya menawarkan padanya
akan Hafshah, lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, akan saya kawinkan anda dengan
Hafshah binti Umar." Usman menjawab: "Akan saya fikirkan dulu persoalanku ini," - yakni
suka mengawini atau tidaknya. Saya berdiam diri beberapa malam -maksudnya menantikan
sampai beberapa hari, kemudian ia menemui saya lalu berkata: "Kini telah jelas dalam
pendirian saya bahwa saya tidak akan kawin pada hariku ini." Selanjutnya saya bertemu
dengan Abu Bakar as-Shiddiq r.a. lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, saya akan
mengawinkan anda dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar r.a. diam saja dan seterusnya ia
tidak kembali padaku samasekali - yakni tidak memberikan jawaban apa-apa perihal ya atau
tidaknya. Oleh sebab tidak menerima jawaban itu, maka saya lebih sangat marahnya kepada
Abu Bakar daripada terhadap Usman. Selanjutnya saya berdiam diri beberapa malam,
kemudian dipinangoleh Nabi s.a.w. lalu saya mengawinkan Hafshah itu kepada beliau s.a.w.

Setelah itu Abu Bakar menemui saya, kemudian iapun berkatalah: "Barangkali anda
marah kepada saya ketika anda menawarkan Hafshah pada saya itu, tetapi saya tidak
memberikan jawaban apapun pada anda?" Saya berkata: "Ya." Abu Bakar lalu berkata lagi:
"Sebenarnya saja tidak ada yang menghalang-halangi saya untuk kembali - memberikan
jawaban - kepada anda itu perihal apa yang anda tawarkan pada saya, hanya saja karena saya
telah mengerti bahwa Nabi s.a.w. pernah menyebut-nyebutkan Hafshah tadi -maksudnya
beliau s.a.w. ada keinginan akan mengawininya. Maka oleh sebab itu saya tidak akan
menyiar-nyiarkan rahasia Rasulullah s.a.w. itu. Andaikata beliau s.a.w. meninggalkannya -
yakni tidak ada keinginan mengawininya, niscayalah saya menerimanya -yakni suka
mengawininya. (Riwayat Bukhari)

Taayyamat yaitu menjadi tidak bersuami lagi - yakni janda, karena suaminya r.a. telah
wafat. Wajad-ta artinya marah.

685. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua para isteri Nabi s.a.w. sedang
berada di sisi beliau s.a.w. itu. Kemudian menghadaplah puterinya yakni Fathimah
radhiallahu 'anha dengan berjalan dan jalannya itu tidak ada salahnya samasekali - yakni
sama persis - dari jalannya Rasulullah s.a.w. Ketika beliau s.a.w. melihatnya, beliaupun
menyambutnya dengan baik dan bersabda: "Marhaban hai puteriku." Fathimah disuruhnya
duduk di sebelah kanannya atau - menurut riwayat lain - di sebelah kirinya. Seterusnya Nabi
s.a.w. membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras sekali. Setelah
beliau s.a.w. melihat kegelisahan puterinya lalu dibisikinya sekali lagi, ialu Fathimah
tertawa."

Saya - Aisyah - berkata kepada Fathimah: "Engkau telah diistimewakan oleh
Rasulullah s.a.w. di antara sekalian isteri-isterinya dengan dibisiki, kemudian engkau
menangis." Sesudah Rasulullah s.a.w. berdiri dari tempatnya, lalu saya - Aisyah - bertanya
kepada Fathimah: "Apakah yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. padamu itu?" Fathimah
menjawab: "Saya tidak akan menyiar-nyiarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah s.a.w."

Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, saya berkata kepada Fathimah: "Saya bersengaja
hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau meberitahukan
kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Fathimah menjawab: "Kalau sekarang,
baiklah saya memberitahukan itu. Adapun yang dibisikkan oleh beliau s.a.w. pada pertama
kalinya, yaitu beliau s.a.w. memberitahukan kepada saya bahwasanya Jibril dahulunya
memberikan kepadanya wahyu dari al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang
dalam setahun diberikan dua kali. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya tidak
mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari itu
bertaqwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya orang yang
mendahului ialah saya mendahuluimu." Karena itu lalu saya menangis sebagaimana tangisku
yang anda lihat dulu itu. Selanjutnya setelah beliau s.a.w. melihat betapa kegelisahan hatiku,
lalu saya dibisikinya untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda: "Hai Fathimah, tidakkah
engkau suka jikalau engkau menjadi penghulu -pemimpin - dari seluruh wanita dari
kalangan kaum mu'minin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan ummat ini?" Oleh
karena itu, maka sayapun ketawa sebagaimana yang anda lihat dulu itu." (Muttafaq 'alaih. Ini
adalah lafaznya Imam Muslim)

686. Dari Tsabit dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mendatangi saya dan di
waktu itu saya sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau s.a.w.
mengucapkan salam pada kita, kemudian menyuruh saya untuk sesuatu keperluannya. Oleh
sebab itu saya terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah saya datang, ibu lalu
bertanya: "Apakah yang menahanmu - sampai terlambat datangnya ini?" Saya berkata: "Saya
diperintah oleh Rasulullah s.a.w. untuk sesuatu keperluannya." Ibu bertanya: "Apakah
hajatnya itu?" Saya menjawab: "Itu adalah rahasia." Ibu berkata: "Kalau begitu jangan sekali-
kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah s.a.w. tersebut kepada siapapun jua."

Anas berkata: "Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah saya beritahukan kepada
seseorang, niscayalah saya akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, hai Tsabit."

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, sedang Imam Bukhari meriwayatkan sebagian
dengan diringkaskan.

Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih