Apa-Apa Yang diucapkan apabila seseorang itu menaiki kenderaannya utk berpergian

Allah Ta'ala berfirman:
Allah menjadikan untukmu semua kapal dan binatang ternak itu sebagai
kendaraan untukmu, agar supaya engkau semua dapat duduk di atas punggungnya,
kemudian ingatlah akan kenikmatan Tuhanmu, ketika engkau semua telah tetap di
atasnya dan supaya engkau mengucapkan - yang artinya: "Maha Suci Zat Allah yang
telah menundukkan semua ini untuk kita dan kita semua tidak dapat mengendalikannya
- kecuali dengan pertolongan Tuhan. Dan se-sungguhnya kita semua akan kembali
kepada Tuhan kita." (az-Zukhruf: 12-14)
969. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w.
apabila berada di atas punggung untanya untuk keluar bepergian, maka beliau
s.a.w. itu bertakbir dulu sebanyak tiga kali, kemudian mengucapkan - yang
artinya: "Maha Suci Zat Allah yang menundukkan kendaraan ini pada kita dan
kita tidak kuasa rnengendalikannya - melainkan dengan pertolongan Allah -
dan sesungguhnya kita akan kembali kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya
kita memohonkan kepadaMu dalam bepergian kita ini akan kebajikan dan
ketaqwaan,juga apa-apa yang Engkau ridhai dari amal perbuatan. Ya Allah,
mudahkanlah segala sesuatu untuk kita dalam bepergian kita ini dan lipatlah-
dekatkanlah-mana-mana yang jauh. Engkau adalah kawan dalam perjalanan,
pengganti - yang mengawas-awasi - dalam keluarga. Ya Allah, sesungguhnya
saya mohon perlindungan kepadaMu dari kesukaran perjalanan, ke-sedihan

pandangan dan buruknya keadaan ketika kembali, baik mengenai harta,
keluarga ataupun anak."
Selanjutnya apabila beliau s.a.w. kembali lalu mengucapkan kalimat-
kalimat di atas itu pula dan menambahkan dengan ucapan-yang artinya: "Kita
telah kembali, kita semua bertaubat - kepada Allah, menyembah kepada
Tuhan kita serta mengucapkan puji-pujian padaNya." (Riwayat Muslim)
970. Dari Abdullah bin Sarjis r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila
bepergian, beliau s.a.w. mohon perlindungan - kepada Allah daripada
kesukaran perjalanan, kesedihan keadaan waktu kembali, adanya kekurangan
sesudah berlebihan, juga dari doa orang yang teraniaya, buruknya pandangan
dalam keluarga dan harta." (Riwayat Muslim)
Demikianlah yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim, yaitu Alhaur
ba'dal kaun dengan nun, demikian pula yang diriwayatkan Oleh Imam-imam
Termidzi dan Nasa'i. ImamTermidzi mengatakan: . "Ada yang meriwayatkan
dengan lafaz alkaur dengan ra' dan keduanya itu mempunyai wajah masing- masing."
Para alim ulama berkata: "Maknanya dengan nun dan ra' semuanya ialah
kembali dari ketetapan dan kelebihan menjadi kekurangan." Mereka
mengatakan: "Riwayat ra' - kaur - itu diambil dari kata mentakwirkan sorban
artinya ialah melipat dan mengumpulkannya, sedang riwayat nun ialah dari
kata kaun, sebagai mashdarnyakana yakunu kaunan, jikalau didapatkan
dan menetap."

971. Dari Ali bin Rabi'ah, katanya: "Saya menyaksikan Ali bin Abu
Thalib r.a. diberi seekor kendaraan untuk dinaiki olehnya. Ketika ia
meletakkan kakinya pada sanggurdi, ia berkata - yang artinya: "Dengan
nama Allah - Bismillah." Setelah berada di punggungnya,lalu
mengucapkan -yang artinya: "Segenap puji bagi Allah yang
menundukkan kendaraan ini untuk kita dan kita tidak kuasa
mengendalikannya - tanpa pertolongan Allah. Sesungguhnya kita akan
kembali kepadaNya." Selanjutnya ia mengucapkan - yang artinya:
"Segenap puji bagi Allah - Alhamdulillah," tiga kali. Seterusnya
mengucapkan - yang artinya: "Allah adalah Maha Besar -Allahu Akbar,"
tiga kali. Kemudian mengucapkan pula - yang artinya: "Maha Suci
Engkau, sesungguhnya saya menganiaya diri saya sendiri, maka
berikanlah pengampunan kepada saya, sesungguhnya saja tidak ada
yang dapat memberikan pengampunan melainkan Engkau."
Setelah mengucapkan semua itu lalu Ali r.a. ketawa. Kepadanya
ditanyakan: "Ya Amirul mu'minin, mengapa anda ketawa?" la
menjawab: "Saya pernah melihat Nabi s.a.w. mengerjakan sebagai-mana
yang saya kerjakan itu, lalu beliau s.a.w. ketawa. Saya bertanya: "Ya
Rasulullah, karena apakah Tuan ketawa?" Beliau s.a.w. menjawab:
"Sesungguhnya Tuhanmu yang Maha Suci itu merasa heran terhadap
hambaNya apabila ia mengucapkan: "Ampunkanlah untukku dosa-
dosaku," ia mengetahui bahwasanya memang tidak ada yang kuasa
mengampuni dosa selain daripadaKu."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Termidzi dan
Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan, sedang dalam
sebagian naskah dianggap hasan shahih. Hadis seperti di atas adalah
lafaznya Imam Abu Dawud.