Keutamaan Bangun Shalat Di Waktu Malam

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan dari sebagian waktu malam, maka lakukanlah shalat Tahajud, sebagai suatu
amalan sunnah untukmu, mudah-mudahan Tuhanmu akan mengangkatmu ke tempat
yang terpuji." (al-lsra': 79)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Mereka sama meninggalkan tempat-tempat pembaringannya -untuk melakukan
ibadat di waktu malam." (as-Sajdah: 16)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Mereka itu sedikit sekali dari waktu malam yang mereka pergunakan untuk
tidur." (az-Zariyat: 17)

1157. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu berdiri untuk
bersembahyang malam, sehingga pecah-pecah kedua tapak kakinya. Saya
berkata kepadanya: "Mengapa Tuan mengerjakan sedemikian ini, ya
Rasulullah, padahal sudah diampunkan untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang
dahulu dan yang kemudian?" beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidakkah saya ini
seorang hamba yang banyak bersyukur." (Muttafaq 'alaih)

Diriwayatkan dari al-Mughirah sedemikian itu pula. (Muttafaq 'alaih)

1158. Dari Ali r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mendatanginya dan Fathimah di
waktu malam, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Apakah engkau berdua tidak
bersembahyang?" (Muttafaq 'alaih)
Tharaqahu artinya mendatangi di waktu malam.

1159. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallhu 'anhum
dari ayahnya bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sebagus-bagus orang lelaki
ialah Abdullah, andaikata ia suka bersembahyang di waktu malam."
Salim berkata: "Sejak saat itu Abdullah tidak tidur di waktu malam,
kecuali sebentar sekali." (Muttafaq 'alaih)

1160. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dulu ia suka
sekali bangun bersembahyang di waktu malam, tetapi kini meninggalkan
bangun sembahyang waktu malam itu." (Muttafaq 'alaih)

1161. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Ada seorang lelaki yang disebut-sebut
di sisi Nabi s.a.w., yaitu bahwa orang tersebut tidur di waktu malam sampai
pagi - yakni tidak bangun untuk bersembahyang malam, lalu beliau s.a.w.
bersabda:

"Orang itu sudah dikencingi oleh syaitan dalam kedua telinganya" atau
beliau s.a.w. bersabda: "di telinganya." (Muttafaq 'alaih)

1162. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Syaitan itu memberikan ikatan pada ujung kepala seseorang di antara
engkau semua sebanyak tiga buah, jikalau ia tidur. la membuat ketentuan
pada setiap ikatan itu dengan kata-kata yang berbunyi: "Engkau
memperoleh malam panjang, maka tidurlah terus!" Jikalau orang itu
bangun lalu berzikir kepada Allah Ta'ala maka terurailah sebuah ikatan dari
dirinya, selanjutnya jikalau ia terus berwudhu', lalu terurai pulalah ikatan
satunya lagi dan seterusnya, jikalau ia bersembahyang, maka terurailah
ikatan se-luruhnya, sehingga berpagi-pagi ia telah menjadi bersemangat serta
berhati gembira. Tetapi jikalau tidak sebagaimana yang tersebut di atas, maka ia
berpagi-pagi menjadi orang yang berhati buruk serta pemalas." (Muttafaq 'alaih)
Qafiyatur ra'si yaitu ujung penghabisan dari kepala.

1163. Dari Abdullah bin Salam r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Hai sekalian manusia, ratakanlah salam, berikanlah makanan,
bersembahyanglah di waktu malam sedang para manusia sedang tidur, maka
engkau semua akan dapat memasuki syurga dengan selamat."
Diriwayatkan oleh-lmam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
Hadis hasan shahih.

1164. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Seutama-utama puasa bulan Ramadhan ialah bulan Allah yang dimuliakan -
yakni berpuasa dalam bulan Muharram, sedang seutama-utamanya shalat
sesudah shalat fardhu ialah shalat di waktu malam."(Riwayat Muslim)

1165. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi
s.a.w. bersabda:
"Shalat sunnah di waktu malam itu dua rakaat dua rakaat, maka jikalau engkau
takut masuknya shalat Subuh, maka berwitirlah dengan serakaat." (Muttafaq 'alaih)

1166. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Nabi s.a.w. itu bersembahyang di
waktu malam dua rakaat dan berwitir dengan serakaat." (Muttafaq 'alaih)

1167. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berbuka - tidak berpuasa -
dari sebulan penuh, sehingga kita menyangka bahwa beliau s.a.w. tidak pernah
berpuasa dalam bulan itu, tetapi kadang-kadang beliau s.a.w. berpuasa dari
sebulan penuh, sehingga kita menyangka bahwa beliau s.a.w. tidak pernah
berbuka sedikitpun dalam bulan itu. Tidaklah engkau menginginkan hendak
melihat beliau bersembahyang dari waktu malam, melainkan engkau akan
dapat melihat beliau s.a.w. bersembahyang, tetapi tidaklah engkau
menginginkan beliau s.a.w. tidur, melainkan engkau akan dapat melihat beliau
s.a.w. sedang tidur." Maksudnya antara shalat malam dengan tidurnya itu
demikian teratur waktunya, juga dilakukan tanpa berlebih-lebihan antara
keduanya itu yakni sedang. (Riwayat Bukhari)

1168. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu
bersembahyang sebelas rakaat, yakni di waktu malam. Beliau bersujud sekali
sujud dari rakaat-rakaat tadi sekira seseorang dari engkau semua membaca
limapuluh ayat sebelum beliau mengangkat kepalanya. Beliau s.a.w. juga
mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shalat Fajar - yakni Subuh, kemudian
berbaringlah pada belahan tubuhnya yang kanan - sesudah bersembahyang
sunnah dua rakaat tadi, sehingga datanglah pada beliau itu orang yang
mengajaknya untuk bersembahyang Subuh - dengan jamaah. (Riwayat Bukhari)

1169. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. tidak
pernah menambah lebih dari sebelas rakaat - sunnah, baik dalam bulan
Ramadhan ataupun selain Ramadhan. Beliau s.a.w. bersembahyang empat rakaat,
maka janganlah engkau bertanya betapa indah dan panjangnya, kemudian
bersembahyang lagi empat rakaat, maka jangan pula engkau bertanya betapa
indah dan panjangnya, kemudian bersembahyang tiga rakaat.
Saya - yakni Aisyah - lalu bertanya: "Ya Rasulullah, apakah Tuan juga tidur
sebelum berwitir?" Beliau s.a.w. menjawab: "Hai Aisyah, sesungguhnya kedua
mataku itu tidur, tetapi hatiku tidaklah tidur." (Muttafaq 'alaih)

1170. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya Nabi s.a.w. itu
tidur di permulaan malam dan bangun pada akhir malam lalu
bersembahyang." (Muttafaq 'alaih)

1171. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya bersembahyang bersama Nabi
s.a.w. pada suatu malam, maka tidak habis-habisnya beliau s.a.w. itu berdiri
sehingga saya bermaksud untuk melakukan sesuatu yang buruk." la ditanya:
"Apakah yang hendak engkau maksudkan?" la menjawab: "Saya bermaksud
untuk duduk dari meninggalkan beliau s.a.w. - yakni tidak meneruskan ikut
berjamaah dengan Nabi s.a.w. dan akan bersembahyang munfarid." (Muttafaq 'alaih)

1172. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Saya bersembahyang beserta Nabi
s.a.w. pada suatu malam, maka beliau membuka -dalam rakaat pertama -
dengan surat al-Baqarah. Saya berkata: "Beliau ruku' pada ayat keseratus,
kemudian berlalulah."
Saya berkata: "Beliau bersembahyang dengan bacaan tadi itu dalam satu
rakaat, kemudian berlalu."
Selanjutnya saya berkata: "Beliau ruku' dengan bacaan di atas itu, kemudian
membuka dalam rakaat kedua - dengan surat an-Nisa' lalu membacanya,
kemudian membuka lagi - sebagai lanjutannya -surat ali-lmran, kemudian
membacanya.
Beliau s.a.w. membacanya itu dengan rapi sekali - tidak tergesa-gesa, jikalau
melalui ayat yang di dalamnya mengandung pen-tasbihan - memaha-sucikan -
beliaupun mengucapkan tasbih, jikalau melalui ayat yang mengandung suatu
permohonan, beliaupun memohon, jikalau melalui ayat yang menyatakan
berta'awwudz -mohon perlindungan kepada Allah dari sesuatu yang tidak
baik -beliaupun berta'awwudz - mohon perlindungan.
Kemudian beiiau s.a.w. ruku' dan di situ beliau mengucapkan: Sub-hana rabbial
'azhim. Ruku'nya adalah seumpama saja dengan berdirinya - yakni perihal
lamanya hampir persamaan belaka, selanjutnya beliau rriengucapkan:
Sami'allahu liman hamidah Rabbana lakal hamd, lalu berdiri dengan berdiri yang
lama men-dekati ruku'nyatadi. Seterusnya beliau bersujud lalu mengucapkan:
Sub-hana rabbial ala, maka sujudnya itu mendekati pula akan berdirinya -
tentang lama waktunya. (Riwayat Muslim)

1173. Dari Jabir r.a.,katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Shalat apakah yang
lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu panjangnya berdiri" (Riwayat Muslim)
Yang dimaksud dengan lafaz alqunut ialah berdiri.

1174. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma
bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda padanya:
"Shalat yang paling dicintai oleh Allah ialah shalatnya Dawud dan puasa
yang paling dicintai oleh Allah ialah puasanya Dawud. la tidur separuh malam,
bangun shalat yang sepertiganya dan tidur yang seperenamnya. la berpuasa
sehari dan berbuka - yakni tidak berpuasa - sehari." (Muttafaq 'alaih)

1175. Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya di waktu malam itu niscayalah ada suatu saat yang tidak
dicocoki oleh seseorang Muslim yang di waktu itu memohonkan suatu
kenaikan kepada Allah, baik dari urusan ke duniaan atau akhirat, melainkan
Allah akan memberikan permoho-nannya tadi. Yang sedemikian ini ada di
setiap malam." (Riwayat Muslim)

1176. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Apabila
seseorang di antara engkau semua bangun di waktu malam, maka hendaklah
membuka - memulai - shalatnya dengan dua rakaat yang ringan." (Riwayat Muslim)

1177. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila
bangun di waktu malam, maka beliau membuka -memulai - shalatnya
dengan dua rakaat yang ringan." (Riwayat Muslim)

1178. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila
terlambat melakukan shalat malam karena sakit atau Iain-Iain, maka beliau
s.a.w. bersembahyang duabelas rakaat di waktu siang harinya." (Riwayat Muslim)

1179. Dari Umar bin al-Khaththab r.a., katanya: "Rasuiullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang tertidur sampai meninggalkan bacaan hizibnya atau
sesuatu bagian dari hizibnya itu - yang dibiasakan mem-baca - di waktu malam,
lalu ia membacanya di antara shalat Fajar -Subuh - dan shalat Zuhur, maka
dicatatlah untuknya seolah-olah ia membacanya itu di waktu malam." (Riwayat Muslim)

1180. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Allah merahmati seseorang lelaki yang bangun di waktu malam dan
membangunkan isterinya, lalu apabila isterinya enggan, lelakinya itu
memercik-mercikkan air di mukanya. Allah juga merahmati seorang wanita
yang bangun di waktu malam, lalu bersembahyang dan membangunkan
suaminya dan apabila suaminya itu enggan, lalu memercik-mercikkan air di mukanya."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1181. Dari Abu Hurairah r.a. dan dari Abu Said radhiallahu 'anhuma,
keduanya berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Jikalau seseorang lelaki itu membangunkan isterinya di waktu malam, lalu
keduanya bersembahyang atau mengerjakan shalat dua rakaat semua, maka
dicatatlah termasuk golongan orang-orang lelaki dan perempuan yang ingat - kepada Allah."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
1182. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Jikalau seseorang di antara engkau semua mengantuk dalam shalat, maka
hendaklah ia tidur dulu sehingga lenyaplah kantuk itu dari dirinya, karena
sesungguhnya seseorang di antara engkau semua itu jikalau bersembahyang
sedang ia mengantuk, barangkali ia bermaksud hendak memohonkan
pengampunan, tetapi lalu memaki-maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)

1183. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasuiullah s.a.w. bersabda:
"Jikalau seseorang di antara engkau semua bangun di waktu malam lalu
membaurlah al-Quran itu pada lisannya - yakni tidak keruan-keruan lagi
bacaannya sebab mengantuk, kemudian ia tidak dapat mengetahui lagi apa
yang dibaca olehnya - yakni tidak lagi memperhatikan isi dan maknanya,
maka baiklah ia berbaring-yakni tidur saja dulu."(Riwayat Muslim)