MENGHARAPKAN

Allah Ta'ala berfirman:



"Katakantah, hai hamba-hambaKu yang melampaui batas dalam menceiakakan dirinya sendiri -

yang berlebih-lebihan daiam melakukan kemaksiatan, janganlah engkau semua berputus asa dari

rahmat Allah - yakni dari pengampunanNya, sesungguhnya Allah itu dapat mengampuni segala

macam dosa, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (az-Zumar: 53)



Allah Ta'ala berfirman pula:



"Dan Kami tidak akan memberikan pembalasan, melainkan kepada orang yang sangat keras

kepala." (Saba': 17)



Allah Ta'ala berfirman pula:



"Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahawa siksaan itu adalah untuk orang yang

mendustakan dan membelakang tidak suka menerima petunjuk Allah." (Thaha: 48)



Juga Allah Ta'ala berfirman:



"Dan rahmatKu melebar - meliputi - segala sesuatu." (al-A'raf: 156)



Keterangan:



Judul dalam bab ini ialah "Mengharapkan", maksudnya mengharapkan agar supaya

kita mendapatkan keridhaan, kerahmatan, kasih sayang serta pengampunan dari Allah Ta'ala.



Seseorang yang mengharapkan sebagaimana di atas itu dari Allah Ta'ala ada kalanya

disertai dengan amal perbuatan yang menyebabkan dapat dikabulkan permohonannya itu

oleh Allah,tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Jadi hanya mengharapkan saja tanpa

berbuat sesuatu yang menyebabkan terkabulnya. Mengharapkan sebagaimana yang tersebut

pertama itu disebut Raja' sedang yang kedua disebut Tamanni.



Secara ringkasnya, apabila kita mengharapkan keselamatan di dunia dan akhirat dan

kita sertai amal perbuatan yang nyata, memenuhi apa-apa yang diperintahkan oleh Allah,

meninggalkan apa-apa yang dilarang olehNya, segala kewajipan yang dibebankan kepada

kita, baik terhadap Allah, maupun terhadap masyarakat kita penuhi maka insya Allah

terkabullah harapan kita dan di akhirat akan kita temui pula pahalanya yakni masuk dalam

syurga. Sebaliknya kalau semua itu tidak kita laksanakan, apalagi jika ditambah dengan

mengerjakan kemungkaran dan kemaksiatan, kemudian mengharapkan pengampunan Allah,

maka jangan diharap akan dikabulkan bahkan sebaliknya, iaitu di dunia hati kita tidak

tenang dan selalu gelisah, sedang azab Allah di akhirat sudah menanti-nantikan iaitu

dilemparkan ke dalam api neraka.



Jadi yang wajib kita lakukan ialah Raja' dan bukannya Tamanni.



411. Dari 'Ubadah bin ash-Shamit r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Barangsiapa yang menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah yang

Maha Esa, tiada sekutu bagiNya,dan bahawasanya Muhammad adalah hambaNya serta

RasulNya, dan bahawasanya Isa adalah hamba Allah dan RasulNya serta kalimatNya

diberikan kepada Maryam - kerana wujudnya itu tanpa ayah, juga sebagai ruh daripadaNya -

kerana dapat menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah, menyaksikan pula bahwa

syurga dan neraka itu benar adanya, maka orang yang sedemikian itu akan dimasukkan oleh

Allah ke dalam syurga sesuai dengan amalan yang dilakukan olehnya."(Muttafaq 'alaih)



Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Barangsiapa yang menyaksikan bahawasanya

tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya Muhammad adalah Rasulullah maka Allah

mengharamkan ia masuk neraka."



412. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Allah Azzawajalla berfirman -

dalam Hadis Qudsi: "Barangsiapa yang datang - mengerjakan - kebaikan, maka baginya

adalah pahala sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan dan barangsiapa yang datang -

melakukan - kejelekan balasannya kejelekan ialah kejelekan yang seperti itu atau Aku

ampunkan dosanya. Barangsiapa yang mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat

padanya sehasta, barangsiapa yang mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya

sedepa. Barangsiapa yang datang di tempatKu dengan berjalan, maka Aku akan

mendatanginya dengan bergegas-gegas. Barangsiapa yang menemui Aku dengan membawa

kesalahan hampir sepenuh bumi, maka asalkan ia tidak menyekutukan sesuatu denganKu,

tentu Aku akan menemuinya dengan pengampunan sebanyak kesalahan yang dilakukan

olehnya." (Riwayat Muslim)



Makna Hadis di atas ialah barangsiapa yang mendekat kepadaKu dengan melakukan

ketaatan, maka Aku akan mendekatinya dengan memberikan kerahmatanKu, jikalau itu

ditambah oleh orang itu, maka kerahmatan itu pun Kutambahkan. Jikalau seseorang itu

datang padaKu dengan berjalan dan bergegas-gegas dalam melakukan ketaatan padaKu,

maka Aku akan mendatanginya dengan bergegas-gegas pula yakni bahawa Aku akan

menuangkan padanya kerahmatan yang berlimpah-ruah dan Aku mendahuluinya untuk

melakukan itu dan Aku tidak memerlukan supaya ia berjalan terlalu banyak untuk dapat

sampai kepada yang dimaksudkan itu.



Qurabul ardhi dengan dhammahnya qaf dan ada yang mengatakan dengan kasrahnya,

tetapi dengan dhammah adalah lebih shahih dan lebih tersohor, sedang maknanya ialah

sesuatu yang hampir sepenuh bumi. Wallahu a'lam.



413. Dari Jabir r.a., katanya: "Ada seorang A'rab - orang Arab dari pedalaman - datang

kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah dua hal yang mewajibkan itu?"

Beliau s.a.w. menjawab: "Barangsiapa yang mati tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah,

maka masuklah ia dalam syurga - jadi ini yang mewajibkan ia masuk syurga. Sebaliknya

barangsiapa yang mati dan menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam

neraka - jadi ini yang mewajibkan ia masuk neraka." (Riwayat Muslim)



414. Dari Anas r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. dan Mu'az ada di belakangnya sama-

sama menaiki suatu kendaraan. Beliau s.a.w. bersabda: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab:

"Labbaik, ya Rasulullah, wa sa'daik," - ini adalah kata-kata mengiyakan bagi orang Arab yang

amat sopan sekali.



Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah wa

sa'daik." Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Hai Mu'az. Mu'az menjawab: "Labbaik, ya Rasulullah

wa sa'daik." Tiga kali banyaknya. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hamba

pun yang menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawasanya

Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya, dengan penuh keyakinan dalam hatinya,

melainkan Allah akan mengharamkan orang itu masuk ke dalam neraka." Mu'az berkata: "Ya

Rasulullah, bukankah lebih baik jikalau berita ini saya kabarkan kepada seluruh manusia,

supaya mereka itu ikut bergembira." Beliau s.a.w. menjawab: "Kalau itu diberitahukan tentu

orang-orang akan hanya bertawakal saja - yakni tanpa beramal ibadat dan merasa akan

selamat dengan ucapan syahadat belaka dan yang sedemikian tentulah salah jadinya. Oleh

sebab itu Mu'az memberitahukan sabda beliau s.a.w. ini sewaktu hendak matinya saja karena

takut berdosa." (Muttafaq 'alaih)



Perkataan Anas r.a.: Ta-atstsuman iaitu takut berdosa kerana menyimpan ilmu ini -

yakni apa-apa yang diterima dari Nabi s.a.w. itu.



415. Dari Abu Hurairah r.a. atau dari Abu Said al-Khudri radhiallahu 'anhuma - yang

merawikan Hadis ini ragu-ragu apakah dari Abu Hurairah atau dari Abu Said, tetapi keragu-

raguan semacam ini tidak membahayakan shahihnya Hadis dalam diri sahabat, sebab semua

itu adalah orang-orang adil, katanya: "Ketika terjadi perang Tabuk, maka orang-orang sama

menderita kelaparan, lalu mereka berkata: "Ya Rasulullah bagaimana andaikata Tuan izinkan

saja kita menyembelih unta-unta kita, kemudian kita dapat bersama-sama makan dan

berminyak - dengan lemaknya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Lakukanlah itu - yakni

sembelihlah." Kemudian datanglah Umar r.a. lalu berkata: "Ya Rasulullah, jikalau Tuan

membolehkan itu dilaksanakan, maka berkuranglah kendaraan yang dapat dinaiki, tetapi

panggillah orang-orang itu dengan membawa sisa-sisa bekalnya sendiri, kemudian berdoalah

kepada Allah untuk mereka agar mendapatkan keberkahan, barangkali Allah akan

memberikan keberkahan dalam makanan mereka." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Ya."

Beliau s.a.w. meminta didatangkan selembar kulit kering kemudian dibeberkannya, lalu

menyuruh orang-orang itu meletakkan sisa-sisa bekalnya. Di situ ada seorang yang datang

dengan membawa segenggam gandum, yang lainnya datang dengan segenggam kurma,

yang lainnya pula dengan sekerat roti, sehingga berkumpullah di atas kulit tadi sekadar

makanan yang amat sedikit. Selanjutnya Rasulullah mendoakan agar makanan itu

mendapatkan keberkahan Allah, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Ambillah itu di masing-masing

wadahmu." Orang-orang sama mengambilnya di wadahnya sendiri-sendiri sehingga tidak

sebuah wadah pun yang mereka tinggalkan di kalangan tentera itu melainkan sudah diisi

penuh-penuh. Mereka dapat makan sampai kenyang dan masih ada sisa kelebihannya.

Seterusnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan

Allah dan bahawasanya saya adalah Rasulullah. Tiada seseorang hamba pun yang menemui

kedua kalimat syahadat itu - setelah matinya nanti, sedangkan ia tidak ragu-ragu, lalu ditolak

dari masuk syurga - maksudnya orang yang diketahui mempunyai keyakinan yang mantap

mengenai dua kalimat syahadat itu, pasti tidak terhalang untuk masuk syurga." (Riwayat

Muslim)



416. Dari 'Itban bin Malik r.a., ia adalah salah seorang yang ikut menyaksikan perang

Badar, katanya: "Saya bersembahyang sebagai imam untuk kaumku iaitu Bani Salim. Antara

tempatku dengan tempat mereka itu dihalang-halangi oleh sebuah lembah yang jikalau

banyak turun hujan, maka sukar saya melaluinya untuk menuju ke masjid mereka itu. Oleh

sebab itu saya datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu saya berkata kepadanya: "Sesungguhnya

saya ini sudah kurang terang penglihatanku dan sesungguhnya lembah yang ada di antara

tempatku dengan tempat kaumku itu mengalir airnya jikalau banyak hujan datang, maka

sukarlah bagiku untuk melaluinya. Jadi saya ingin sekali jikalau Tuan mendatangi tempatku

lalu bersembahyang di suatu tempat di rumahku, yang seterusnya akan saya gunakan

sebagai tempat bersembahyang." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan saya lakukan

permintaanmu itu." Maka besoknya datanglah Rasulullah s.a.w. di tempatku.bersama Abu

Bakar r.a. sesudah tinggi hari - yakni tengah siang. Rasulullah s.a.w. meminta izin masuk lalu

saya izinkan, tetapi beliau tidak suka duduk sehingga akhirnya berkata: "Di manakah tempat

yang engkau inginkan supaya saya bersembahyang dirumahmu ini?" Saya menunjukkan

pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bersembahyang di rumahmu ini?" Saya

menunjukkan pada suatu tempat yang saya inginkan supaya beliau bersembahyang di situ.

Rasulullah s.a.w. lalu berdiri, kemudian bertakbir dan kita berbaris di belakangnya. Beliau

s.a.w. bersembahyang dua rakaat kemudian bersalam dan kitapun bersalam pula ketika

beliau bersalam. Seterusnya beliau s.a.w. saya tahan untuk makan hidangan berupa khazirah

yang sengaja dibuat untuk menghormatinya. Penduduk desa itu sama mendengar

bahawasanya Rasulullah ada di rumahku, Lalu banyaklah orang-orang yang berkumpul dari

para penduduknya itu sehingga banyaklah kaum lelaki di rumahku itu. Kemudian ada

seorang lelaki berkata: "Apakah yang dikerjakan Malik itu, saya tidak mengetahuinya."

Orang lelaki lain berkata: "Ia memang seorang munafik yang tidak cinta kepada Allah dan

RasulNya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Janganlah berkata sedemikian itu. Tidakkah

engkau ketahui bahwa ia mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan itu semata-mata

mencari keridhaan Allah Ta'ala?" Orang itu berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih

mengetahui. Adapun kita, maka demi Allah, tidak pernah kita mengetahui akan

kecintaannya dan tidak pula pembicaraannya melainkan condong kepada kaum

munafik saja."Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan untuk

masuk neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengannya itu ia mencari

semata-mata keridhaan Allah." (Muttafaq 'alaih)



'Itban dengan kasrahnya 'ain muhmalah dan sukunnya ta' mutsannat, yakni bertitik

dua di atas dan sesudahnya itu ada ba' muwahhadah.



Khazirah dengan kha' mu'jamah dan zai ialah tepung yang dimasak dengan lemak.

Adapun tsaba rijalun dengan tsa' mutsallatsah ertinya ialah datang dan berkumpul semua

orang-orang lelaki itu.



417. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Kepada Rasulullah s.a.w.

disampaikanlah tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang wanita dari golongan kaum tawanan

itu berjalan ketika menemukan seorang anak yang juga termasuk dalam kelompok tawanan

tadi. Wanita itu lalu mengambil anak tersebut lalu diletakkannya pada perutnya, kemudian

disusuinya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua dapat mengira-ngirakan

bahawa wanita ini akan sampai hati meletakkan anaknya dalam api?" Kita - yakni para

sahabat - menjawab: "Tidak, demi Allah - maksudnya wanita yang begitu sayang pada

anaknya, tidak mungkin akan sampai meletakkan anaknya dalam api." Selanjutnya beliau

s.a.w. bersabda: "Niscayalah Allah itu lebih kasih sayang kepada sekalian hamba-hambaNya

daripada kasih sayangnya wanita ini kepada anaknya." (Muttafaq 'alaih)



418. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Ketika Allah menciptakan semua makhluk, maka ditulislah olehNya dalam suatu

kitab, maka kitab itu ada di sisiNya di atas 'arasy, yang isinya: Bahawasanya kerahmatanKu

itu dapat mengalahkan kemurkaanKu." Dalam riwayat lain disebutkan: "Telah mengalahkan

kemurkaanKu" dan dalam riwayat lainnya lagi disebutkan: "Telah mendahului

kemurkaanKu." - maksudnya bahwa kerahmatan itu jauh lebih besar daripada

kemurkaanNya. (Muttafaq 'alaih)



Keterangan:



Maksudnya "KerahmatanKu itu mengalahkan atau mendahului kemurkaanKu" itu

ialah bahwa kemurkaan Allah Ta'ala ataupun keridhaanNya itu kembali kepada pengertian

iradah yakni kehendak Allah sendiri. Jadi sudah menjadi kehendak Allah bahawa pahala itu

tentulah diberikan kepada orang yang mentaatiNya, sedangkan seseorang hamba Allah yang

memperoleh kemuliaan dari Allah itu bererti mendapatkan keridhaan serta kerahmatanNya.

Sebaliknya jika Allah berkehendak menyiksa orang yang melakukan kemaksiatan itupun

sudah sepatutnya, sedang kehinaan yang diterima oleh manusia semacam itulah yang

dinamakan kemurkaan Allah. Jadi pengertian mendahului dan mengalahkan di sini ialah

kerana banyaknya kerahmatan dan apa saja yang terkandung dalam makna rahmat atau

kasih sayang Allah itu.



419. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Allah menjadikan kerahmatan itu sebanyak seratus bagian, olehNya ditahanlah yang

sembilanpuluh sembilan dan diturunkanlah ke bumi yang satu bagian saja. Maka dari kerahmatan

yang satu bagian itu sekalian makhluk dapat saling sayang-menyayangi, sehingga seekor

binatangpun pasti mengangkat kakinya dari anaknya karena takut kalau akan mengenai - menginjak -

anaknya itu."



Dalam riwayat lain disebutkan:



Sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki sebanyak seratus kerahmatan dan olehNya

diturunkanlah satu bagian dari seratus kerahmatan itu untuk diberikan kepada golongan jin, manusia,

binatang dan segala yang merayap. Maka dengan satu kerahmatan itu mereka dapat saling kasih-

mengasihi, dengannya pula dapat sayang menyayangi, bahkan dengannya pula binatang buas itu

menaruh iba hati kepada anaknya. Allah mengakhirkan yang sembilanpuluh sembilan kerahmatan

itu yang dengannya Allah akan merahmati hamba-hambaNya pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)



Juga diriwayatkan Hadis seperti itu dari riwayat Salman al-Farisi r.a., katanya: "Rasulullah

s.a.w. bersabda:



"Sesungguhnya Allah itu memiliki seratus kerahmatan, maka di antara seratus itu ada satu

bagian kerahmatan yang dengannya sekalian makhluk dapat saling kasih-mengasihi antara

sesamanya, sedang yang sembilanpuluh sembilan untuk hari kiamat nanti."



Dalam riwayat lain disebutkan:



"Sesungguhnya Allah itu di waktu menciptakan semua langit dan bumi, diciptakan pula

olehNya seratus kerahmatan, setiap kerahmatan itu dapat merupakan tutup yang memenuhi alam di

antara langit dan bumi. 43 Kemudian dari seratus tadi yang satu kerahmatan dijadikan untuk

diletakkan di bumi, maka dengan satu kerahmatan inilah seseorang ibu dapat mengasihi anaknya,

binatang buas dan burung, sebagian kepada setengah yang lainnya. Selanjutnya apabila telah tiba hari

kiamat, Allah akan menyempurnakan dengan kerahmatan ini - yakni dilengkapkan menjadi seratus

penuh."



420. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. dalam suatu riwayat yang diceritakannya

dari Tuhannya yakni Allah Ta'ala sabdanya:



"Jikalau seseorang hamba itu melakukan sesuatu dosa lalu ia berkata: "Ya Allah, ampunilah

dosaku," maka berfirmanlah Allah Tabaraka wa Ta'ala: "HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa,

lalu ia mengerti bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula

memberikan hukuman sebab adanya dosa itu." Kemudian apabila hamba itu mengulangi untuk

berbuat dosa lagi, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah dosaku," maka Allah Tabaraka wa Ta'ala

berfirman: "HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa lagi, tetapi ia tetap mengetahui bahwa ia

mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab



43 Ini andaikata diperagakan menjadi suatu yang berbentuk sebagai benda, maka karena banyaknya kerahmatan

itu, sehingga dapat memenuhi antara langit dan bumi karena amat besar dan agungnya.

adanya dosa itu." Seterusnya apabila hamba mengulangi dosa lagi lalu berkata: "Ya Tuhanku,

ampunilah dosaku," maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "HambaKu berbuat dosa lagi, tetapi ia

mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan

hukuman sebab adanya dosa itu. Aku telah mengampuni dosa hambaKu itu, maka hendaklah ia

berbuat sekehendak hatinya." (Muttafaq 'alaih)



Firman Allah Ta'ala: Falyaf'al ma-sya'a yakni bolehlah ia mengerjakan sekehendak hatinya itu

maksudnya ialah selama melakukan yang sedemikian itu yakni melakukan dosa lalu segera bertaubat,

maka Aku - Allah - mengampuninya, sebab sesungguhnya taubat itu dapat melenyapkan dosa-dosa

yang sebelumnya.



421. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku

ada di dalam genggaman kekuasaanNya, andaikata engkau semua tidak ada yang melakukan dosa,

niscayalah Allah akan melenyapkan engkau semua, lalu mendatangkan suatu kaum lain yang

melakukan dosa kemudian mereka meminta pengampunan kepada Allah Ta'ala, lalu Allah

mengampuni mereka itu." (Muttafaq 'alaih)



422. Dari Abu Ayyub, yaitu Khalid bin Zaid r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.

bersabda:



"Andaikata engkau semua tidak ada yang melakukan dosa, niscayalah Allah akan

menciptakan suatu makhluk baru yang melakukan dosa, lalu mereka memohonkan pengampunan

padaNya, kemudian Allah mengampuni mereka itu." (Riwayat Imam Muslim)



423. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Kita semua pada suatu ketika duduk-duduk bersama-

sama Rasulullah s.a.w., juga menyertai kita Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma dalam suatu

kelompok - antara tiga sampai sembilan orang. Kemudian berdirilah Rasulullah s.a.w. meninggalkan

kita semua, tetapi agak lambat datangnya kembali. Kita semua takut kalau-kalau akan terputuskan

dari kita - maksudnya kalau memperoleh bahaya, maka dari itu kita semua menjadi takut dan kitapun

berdiri. Saya - yakni Abu Hurairah r.a. - adalah pertama-tama orang yang merasa takut itu. Maka

keluarlah saya untuk mencari Rasulullah s.a.w., sehingga sampailah saya di suatu dinding milik

orang Anshar - Abu Hurairah lalu menceriterakan Hadis ini yang agak panjang, sehingga pada sabda

Nabi s.a.w., yaitu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pergilah, maka setiap orang yang engkau temui di balik

dinding ini, asalkan ia menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dengan hatinya yang benar-

benar meyakinkan sedemikian itu, maka berilah kabar gembira bahwa ia akan masuk syurga."

(Riwayat Muslim)



424. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w.

membaca firman Allah Azzawajalla mengenai riwayat Nabi Ibrahim a.s., yaitu - yang artinya: "Ya

Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu menyesatkan sebagian besar manusia, maka barangsiapa

yang mengikuti aku, maka sesungguhnya ia adalah termasuk dalam golonganku," sampai akhirnya

ayat. 44 Nabi Isa a.s. - juga diceriterakan dalam firman Allah yang artinya: "Jikalau Engkau - ya Tuhan



- menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hambaMu sendiri dan jikalau

Engkau memberi pengampunan kepada mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia

lagi Bijaksana. 45 Beliau s.a.w. lalu mengangkat kedua tangannya dan berdoa: "Ya Allah, ummatku,



ummatku," dan terus menangis. Kemudian Allah Azzawajalla berfirman: "Hai Jibril, pergilah ke



44 Lengkapnya ayat di atas ialah: "Dan barangsiapa yang tidak mengikuti aku, maka sesungguhnya Engkau

adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Surat Ibrahim 36.



45 Surah al-Maidah, 118.

Muhammad - dan Tuhanmu sebenarnya adalah lebih mengetahui sebabnya - lalu tanyakan-lah

padanya, apa yang menyebabkan ia menangis?" Nabi s.a.w. didatangioleh Jibril lalu Rasulullah s.a.w.

memberitahukan apa yangj telah diucapkannya, sedangkan Allah adalah lebih Maha Mengetahui.

Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Hai Jibril, pergilah ke Muhammad dan katakanlah:

"Sesungguhnya Kami akan memberikan keridhaan pada ummatmu dan Kami tidak akan membuat

keburukan padamu - yakni membuat engkau menjadi susah." (Riwayat Muslim)



425. Dari Mu'az bin Jabal r.a., katanya: "Saya ada di belakang Nabi s.a.w. ketika menaiki seekor

keledai, lalu beliau s.a.w. bertanya: "Hai Mu'az, adakah engkau tahu, apakah haknya Allah atas

sekalian hambaNya dan apakah haknya hamba-hamba itu atas Allah?" Saya menjawab: "Allah dan

RasulNya adalah lebih mengetahui." Beliau lalu bersabda: "Sesungguhnya haknya Allah atas semua

hamba-hambaNya ialah supaya mereka itu menyembahNya dan tidak menyekutukan sesuatu dengan

Allah, sedang haknya hamba-hamba atas Allah ialah Allah tidak akan menyiksa siapa saja yang tidak

menyekutukan sesuatu dengan Allah itu." Saya lalu berkata: "Bukankah baik sekali jikalau berita

gembira ini saya beritahukan kepada seluruh manusia?" Beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau

mem-beritakan ini kepada mereka sebab mereka nantinya akan menyerah bulat-bulat - tanpa suka

beramal." (Muttafaq 'alaih)



426. Dari Albara'bin 'Azib radhiallahu'anhumadari Nabi s.a.w., sabdanya:



"Seorang Muslim itu apabila ditanya dalam kubur, maka ia akan menyaksikan bahwasanya

tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa-sanya Muhammad adalah Rasulullah. Yang sedemikian itu

adalah sesuai dengan firmannya Allah Ta'ala - yang artinya: "Allah mem-bertkan ketetapan kepada

orang-orang yang beriman dengan ucapan yang mantap, baik di dalam kehidupan dunia ini, maupun

dalam akhirat." (Muttafaq 'alaih)



427. Dari Anas r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya orang kafir itu apabila

melakukan sesuatu amal kebaikan, maka dengannya itu ditujukan untuk didapatkannya sesuatu

makanan di dunia - yakni tujuannya semata untuk memperoleh rezeki di dunia saja, sedangkan orang

mu'min, maka sesungguhnya Allah Ta'ala memberikan simpanan untuknya berupa beberapa

kebajikan di akhirat dan diikutkan pula dengan memperoleh rezeki di dunia dengan sebab

ketaatannya."



Dalam riwayat lain disebutkan:



"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang mu'min akan kebaikannya, dengannya itu

akan diberikan rezeki di dunia dan dengannya pula akan diberi balasan baik di akhirat. Adapun

orang kafir, maka ia akan diberi makan - yakni rezeki - dengan kebaikan-kebaikan yang merupakan

hasil amalannya karena Allah Ta'ala di dunia, sehingga apabila ia telah menjadi - yakni memasuki - ke

akhirat, maka sama sekali tidak ada lagi kebaikan baginya yang dapat diberikan balasannya."

(Riwayat Muslim)



428. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaan shalat-shalat lima

waktu itu adalah seperti sungai yang mengalir secara melimpah-ruah pada pintu rumah seseorang

dari engkau semua. Ia mandi di situ setiap hari lima kali." (Riwayat Muslim)



429. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.

bersabda:



"Tiada seorang muslimpun yang meninggal dunia, kemudian berdiri untuk menyembahyangi

jenazahnya itu sebanyak empat puluh orang yang semuanya tidak menyekutukan sesuatu dengan

Allah, melainkan Allah akan mengaruniakan syafaat kepada orang yang mati tadi." (Riwayat Muslim)


430. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Kita semua berada bersama-sama Rasulullah s.a.w. dalam

sebuah kemah, kira-kira ada empatpuluh orang, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Relakah engkau semua

jikalau engkau semua - ummat Muhammad semuanya ini - menjadi seperempatnya ahli syurga?" Kita

semua menjawab: "Ya." Beliau s.a.w. bersabda pula: "Relakah engkau semua kalau menjadi

sepertigaahli syurga." Kita semua menjawab: "Ya." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Demi Zat yang jiwa

Muhammad ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya saya mengharapkan kalau

engkau semua itu akan menjadi setengahnya ahli syurga. Yang sedemikian itu karena sesungguhnya

syurga itu tidak dapat dimasuki melainkan oleh seseorang yang Muslim, sedangkan engkau semua

bukanlah ahli kemusyrikan, melainkan seperti rambut putih dalam kulit lembu yang hitam atau

seperti rambut hitam dalam kulit lembu yang merah." (Muttafaq 'alaih)



431. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Jikalau telah tiba hari kiamat, maka Allah menyerahkan kepada setiap orang Islam akan

seorang Yahudi atau Nasrani, lalu Allah berfirman: "Inilah hari kelepasanmu dari neraka."



Dalam riwayat lain disebutkan dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:



"Pada hari kiamat datanglah beberapa orang dari kaum Muslimin dengan membawa dosa

sebesar gunung-gunung, lalu diampunkanlah oleh Allah untuk mereka itu." (Riwayat Muslim)



Sabda Nabi s.a.w.: "Allah menyerahkan kepada setiap orang Islam akan seorang Yahudi atau

Nasrani, lalu Allah berfirman: "Ini hari kelepasanmu dari neraka,"artinya itu dijelaskan oleh Hadis

Abu Hurairah r.a. yaitu:



"Setiap orang itu mempunyai sebuah tempat di syurga dan sebuah tempat lagi di neraka.

Orang mu'min itu apabila telah masuk syurga, maka akan diikuti oleh orang kafir untuk masuk

dalam neraka sebab sebenarnya orang kafir itu memang berhak sekali untuk menempati tempat di

neraka itu sebab kekafirannya."Adapun arti fakakuka, ialah bahwasanya engkau itu sudah

ditampakkan untuk masuk neraka, tetapi hari inilah kelepasanmu dari neraka itu, sebab Allah Ta'ala

telah menentukan untuk neraka itu sejumlah isi yang akan menemuinya, maka jikalau kaum kafirin

telah memasuki neraka dengan sebab dosa-dosa serta kekafirannya, maka berartilah bahwa peristiwa

itu menjadi hari kelepasan kaum Muslimin dari siksa neraka tadi.



Wallahu a'lam.



432. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.,

bersabda:

"Di dekatkanlah orang mu'min itu pada hari kiamat dari Tuhannya, 46 sehingga Allah



meletakkan tutupNya atas orang mu'min tadi, kemudian Allah menetapkan semua dosanya, tetapi

Allah lalu berfirman: "Adakah engkau mengerti tentang dosanya demikian? Tahukah engkau dosanya

sedemikian ini?" Orang itu menjawab: "Ya Tuhanku, saya tahu." Allah lalu berfirman: "Sesungguhnya

dosa-dosa itu telah Kututupi untukmu di dunia dan pada hari ini Kuampuni semuanya itu bagimu,

kemudian diberikanlah catatan amalan kebaikannya." (Muttafaq 'alaih)



Kanafuhu artinya tutup serta rahmatNya.



433. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya ada seorang lelaki memberikan ciuman pada seseorang

wanita - bukan isterinya, lalu ia mendatangi Nabi s.a.w. kemudian memberitahukan padanya akan

halnya. Allah Ta'ala lalu menurunkan ayat - yang artinya: "Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi

siang hari dan sebagian dari waktu malam. Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu dapat melenyapkan

keburukan-keburukan." Orang itu lalu bertanya: "Apakah ayat itu untukku saja,ya Rasulullah?" Beliau

s.a.w. bersabda: "Untuk semua ummatku." (Muttafaq 'alaih)



46 Didekatkan di sini maksudnya ialah dalam hal dekat memperoleh kemuliaan, kerahmatan dan kebaikan Allah.

Jadi bukan dekat jarak atau perihal tempatnya, sebab Allah memang tidak membutuhkan tempat.

434. Dari Anas r.a., katanya: "Ada seorang datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya

Rasulullah, saya telah melakukan sesuatu yang wajib dikenakan had - hukuman, maka laksanakanlah

itu untukku." Waktu itu sudah tiba saatnya shalat, lalu ia bersembahyang bersama Rasuluilah s.a.w.

Selanjutnya setelah selesai shalatnya, orang itu berkata lagi: "Ya Rasulullah, saya telah melakukan

perbuatan yang wajib dikenakan had, maka laksanakanlah itu untukku sesuai dengan kitabullah."

Beliau s.a.w. bertanya: "Apakah engkau telah melakukan shalat bersama kita tadi?" Ia menjawab: "Ya."

Beliau s.a.w. bersabda: "Telah diampunkan dosa itu untukmu." (Muttafaq 'alaih)



Ucapan orang yang berbunyi Ashabtu haddan itu artinya ialah bahwa orang tadi telah

melakukan suatu kemaksiatan yang mewajibkan ia dita'zir. Jadi bukan maksudnya itu merupakan

had syar'i yang sebenar-benarnya seperti hadnya orang berzina, minum arak atau selainnya itu, sebab

had-had semacam ini tidak dapat gugur hanya dengan melakukan shalat saja, juga bagi seseorang

imam pemegang kekuasaan negara - tidak boleh meninggalkan atau mengabaikannya.



435. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Sesungguhnya Allah itu niscayalah ridha pada seseorang hambaNya, jikalau ia makan

sesuatu makanan lalu memuji kepada Allah karena adanya makanan itu, atau minum suatu minuman

lalu memuji padanya karena adanya minuman itu." (Riwayat Muslim)



Al-aklatu dengan fathahnya hamzah, ialah sekali makanan yang dilakukan seperti makan siang

atau makan malam.



Wallahu a'lam.



436. Dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah itu membeberkan

tanganNya - yakni kerahmatanNya - di waktu malam hari, supaya bertaubatlah orang yang

melakukan keburukan pada siang harinya,serta membeberkan tanganNya - kerahmatanNya - di siang

hari, supaya bertaubatlah orang yang melakukan keburukan pada malam harinya. Hal in terus

sampai matahari terbit dari arah barat - maksudnya sampai dekat tibanya hari kiamat." (Riwayat

Muslim)



437. Dari Abu Najih yaitu 'Amr bin 'Abasah - dengan menggunakan 'ain dan ba' - Assulami r.a.,

katanya: "Dahulu semasih saya berada di zaman Jahiliyah mengira bahwa para manusia itu dalam

kesesatan dan bahwasanya mereka itu tidak memperoleh kemanfaatan apa-apa dalam hal mereka

menyembah berhala-berhala itu. Kemudian saya mendengar ada seseorang lelaki di Makkah yang

memberitahukan berbagai berita luarbiasa dan agung, lalu saya duduk di atas kendaraanku untuk

bepergian, kemudian datanglah saya pada orang itu. Tiba-tiba di kala itu Rasulullah s.a.w. sedang

bersembunyi - dari kaum kafirin dan musyrikin. Keadaan kaumnya adalah berani-berani padanya -

maksudnya: bukannya serba ke-takutan semacam menghadapi raja. Kemudian saya beramah-tamah -

dengan seorang Quraisy, sehingga saya memasuki kota Makkah. Kepada orang itu - yakni Rasulullah

s.a.w. - saya bertanya: "Siapakah anda?" Jawabnya: "Saya seorang Nabi." Saya bertanya lagi: "Apakah

Nabi itu." Jawabnya: "Saya diutus oleh Allah." Saya bertanya lagi: "Dengan membawa ajaran apakah

anda diutus?" Jawabnya: "Allah mengutus saya dengan ajaran supaya mempereratkan kekeluargaan,

mematahkan semua berhala dan supaya hanya Allah jualah yang dimahaesakan serta tidak

disekutukanlah sesuatu denganNya." Saya bertanya pula: "Siapakah yang sudah menjadi peserta

anda?" Jawabnya: "Seorang merdeka dan seorang lagi hambasahaya." Pada saat itu yang telah

menjadi pengikutnya ialah Abu Bakar dan Bilal radhiallahu 'anhuma. Kemudian saya berkata: "Saya

ingin menjadi pengikut anda." Jawabnya: "Sesungguhnya anda tidak kuat untuk menjadi pengikutku

pada saat sekarang ini. Tidak anda ketahuikah bagaimana hal-ihwalku dan hal-ihwal para manusia

ini - yakni bahwa beliau s.a.w. selalu dikejar-kejar untuk disakiti. Tetapi sekarang kembalilah ke

tempat keluarga anda. Nanti jikalau anda telah mendengar tentang diriku bahwa aku telah muncul -

memperoleh kemenangan, maka datanglah padaku."

Abu Najih berkata: "Saya lalu pergi menemui keluargaku lagi. Rasulullah s.a.w. datang di

Madinah - setelah agak lama dari terjadinya peristiwa di atas. Saya masih berada di kalangan

keluargaku, lalu mulailah saya mencari-cari beberapa berita dan saya bertanya kepada orang banyak

ketika datangnya di Madinah, sehingga datanglah kepadanya itu sekelompok dari penduduk

Madinah. Saya bertanya kepada orang Madinah: "Apakah yang dilakukan oleh lelaki - yakni Nabi

s.a.w. - yang datang di Madinah itu?" Orang-orang menjawab: "Orang-orang sama bergegas-gegas

menyambutnya. Kaumnya sendiri sudah menginginkan akan membunuhnya, tetapi mereka tidak

dapat melakukan yang sedemikian itu."



Selanjutnya datanglah saya di Madinah dan saya masuk menghadap padanya. Kemudian saya

berkata: "Ya Rasulullah, adakah anda mengenal saya?" Beliau menjawab: "Ya, engkau yang menemui

saya dahulu di Makkah?" Saya berkata lagi: "Ya Rasulullah beritahukanlah padaku tentang apa-apa

yang dipelajarkan oleh Allah pada anda dan yang saya tidak mengetahuinya. Beritahukanlah

kepadaku perihal shalat." Jawabnya: "Shalatlah shalat Subuh, lalu berhentilah melakukan shalat

sehingga matahari terbit sampai berada di atas setinggi batang galah, sebab sesungguhnya matahari

itu terbit di antara kedua ujung tanduk syaitan dan di saat itu bersujudlah orang-orang kafir pada

matahari tadi. Kemudian bersembahyanglah - sesuka hatimu dari shalat-shalat sunnah, sebab

sesungguhnya shalat itu disaksikan dan dihadiri oleh para malaikat. Demikian itu sehingga

menyedikitlah bayangan galah tadi - jikalau ditanam tegak. Selanjutnya berhentilah melakukan shalat,

sebab di kala itu sesungguhnya neraka Jahanam sedang menyala hebat-hebatnya. Jikalau bayangan

telah lalu - ke arah timur, maka bersembahyanglah - yakni Zuhur, sebab sesungguhnya shatat itu

disaksikan dan dihadiri oleh para malaikat, sehingga anda bersembahyang 'Ashar, kemudian berhenti

pulalah melakukan shalat itu, sehingga matahari terbenam, sebab sesungguhnya matahari itu

terbenam di antara kedua ujung tanduk syaitan dan di kala itu bersujudlah orang-orang kafir kepada

matahari tadi."



Abu Najih berkata selanjutnya: "Saya terus berkata lagi: "Ya Nabiullah, tentang wudhu'

beritahukanlah itu kepadaku!" Beliau s.a.w. bersabda: "Tiada seorangpun dari engkau semua yang

menyediakan air wudhu'nya, kemudian ia berkumur-kumur lalu mengisap air dalam hidung lalu

mengeluarkannya lagi dari hidungnya itu melainkan jatuhlah semua kesalahan wajahnya, mulutnya

dan pangkal hidungnya. Kemudian apabila ia membasuh mukanya sebagaimana yang diperintahkan

oleh Allah, maka jatuhlah kesalahan-kesalahan wajahnya dari ujung-ujung janggutnya beserta air,

kemudian membasuh kedua tangannya, maka jatuhlah kesalahan-kesalahan kedua tangannya dari

jari-jarinya beserta air, kemudian mengusap kepalanya, maka jatuhlah kesalahan-kesalahan

kepalanya dari ujung-ujung rambutnya beserta air, kemudian membasuh kedua kakinya sampai

kedua tumitnya, maka jatuhlah kesalahan-kesalahan kakinya dari jari-jarinya beserta air. Seterusnya

jikalau orang itu berdiri lalu bersembahyang, bertahmid serta memuji dan memaha agungkan Allah

yang memang Allah itu belaka yang ahli - memiliki puji-pujian dan keagungan - tadi, juga

mengosongkan hatinya untuk semata-mata ditujukan kepada Allah Ta'ala, maka setelah ia selesai

semuanya, ia akan terlepas dari kesalahan-kesalahannya sebagaimana keadaannya ketika pada hari

dilahirkan oleh ibunya - yakni bersih sama sekali dari segala macam kesalahan dan dosa."



'Amr bin 'Abasah memberitahukan Hadis ini kepada Abu Umamah, yakni sahabat Rasulullah

s.a.w. lalu Abu Umamah berkata padanya: "Hai'Amr, lihatlah apa yang engkau katakan itu,seseorang

dapat diberi pahala sebanyak itu hanya dalam satu tempat saja, patutkah sedemikian itu." Abu

Umamah bertanya demikian karena agaknya masih sangsi akan kebenaran Hadis yang dibawa oleh

'Amr tadi. 'Amr lalu menjawab: "Hai Abu Umamah, usiaku ini sudah tua, tulang-tulangku pun sudah

lemah, bahkan ajalku juga sudah hampir sampai. Saya merasa tidak akan ada gunanya untuk

membuat kedustaan atas nama Allah atau atas diri Rasulullah s.a.w. Andaikata saya tidak mendengar

sendiri dari Rasulullah s.a.w., melainkan sekali, atau dua kali, tiga kali - sampai dihitung-hitungnya

sebanyak tujuh kali, pasti saya tidak akan memberitahukan Hadis ini selama-lamanya. Tetapi saya

mendengar Hadis itu bahkan lebih banyak lagi dari sekian kali itu." (Riwayat Muslim)



Jura-a-u 'alaihi qaumuhu dengan jim yang didhammahkan dan dimadkan menurut wazan

'ulama-u, yakni berani, tidak takut-takut serta tidak ada keseganan. Ini adalah riwayat yang masyhur.

Alhumaidi dan lain-lain ahli Hadis meriwayatkan hira-un dengan kasrahnya ha' muhmalah dan

berkata: "Maknanya ialah pemarah, banyak menderita kesusahan dan kesedihan, telah dialahkan

kesabarannya sehingga membekaslah pada tubuh mereka. Hiraun ini berasal dari kata-kata: hara

jismuhu yahri, maknanya jikalau telah susut karena terkena penyakit, kesedihan atau lain-lainnya.

Yang shahih ialah dengan jim - yakni juraau.



Sabda Nabi s.a.w. baina qarnai syaithan maksudnya dari kedua tepi kepala syaitan. Murad

sedemikian ini adalah sebagai per-umpamaan yang maksudnya bahwa syaitan itu pada ketika terbit

atau terbenamnya matahari, selalu bergerak dengan semua pem-bantu-pembantunya, juga sama

memberikan pengaruh kekuasaan buruk.



Sabda beliau s.a.w.: yuqarribu wadhu-ahu maknanya ialah mendatangkan air yang akan

digunakan untuk berwudhu'. Kharrat khathayahu dengan menggunakan kha' mu'jamah, artinya jatuh.

Sebagian ulama meriwayatkan dengan kata: jarat dengan jim, artinya mengalir. Yang shahih ialah

dengan kha' dan inilah yang merupakan riwayat Jumhur. Yastantsiru artinya mengeluarkan kotoran-

kotoran yang ada dalam hidungnya. Annatsrah ialah ujung hidung.



438. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. dari Nabi s.a.w., katanya: "Jikalau Allah menghendaki

kerahmatan kepada sesuatu ummat, maka diambillah - dimanfaatkanlah - Nabipun dahulu sebelum

ummat itu, lalu dijadikanlah Nabi tadi sebagai orang yang dahulu - dalam menyiapkan

kemaslahatan-kemaslahatan ummat itu serta yang terkemuka - yakni merupakan penarik pahala yang

akan dibalas dengan adanya kesabaran atas kematiannya itu. Tapi jikalau



Allah menghendaki kerusakan untuk sesuatu ummat, maka disiksalah ummat itu selagi Nabi

mereka masih hidup. Jadi Allah merusakkan ummat itu dan Nabi mereka melihat keadaannya, maka

Nabi tadi menetapkan sendiri tentang penglihatan matanya bahwasanya ummatnya itu telah menjadi

rusak binasa, ketika mereka mendusta-kan serta bermaksiat padanya." (Riwayat Muslim)


Sumber : Kitab Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih