MEMULIAKAN ALIM ULAMA, ORANGTUA, AHLI KEUTAMAAN DAN MENDAHULUKAN MEREKAATASLAIN-LAINNYA, MENINGGIKAN KEDUDUKAN MEREKA SERTA MENAMPAKKAN MARTABAT M

MEMULIAKAN ALIM ULAMA, ORANGTUA, AHLI KEUTAMAAN

DAN MENDAHULUKAN MEREKAATASLAIN-LAINNYA,

MENINGGIKAN KEDUDUKAN MEREKA SERTA MENAMPAKKAN MARTABAT MEREKA

Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah - hai Muhammad, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang
yang tidak mengetahui. Hanyasanya yang mengingat ialah orang-orang yang menggunakan
fikirannya." (az-Zumar: 9)

347. Dari Abu Mas'ud yaitu'Uqbah bin 'Amr al-Badri al-Anshari r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Yang berhak menjadi imamnya sesuatu kaum - waktu shalat ialah yang terbaik
bacaannya terhadap kitabullah - al-Quran. Jikalau semua jamaah di situ sama baiknya dalam
membaca kitabullah, maka yang terpandai dalam as-Sunnah - Hadis. Jikalau semua sama
pandainya dalam as-Sunnah,maka yang terdahulu hijrahnya.Jikalau dalam hijrahnya sama
dahulunya, maka yang tertua usianya.

Janganlah seseorang itu menjadi imamnya seseorang yang lain dalam daerah
kekuasaan orang lain itu dan jangan pula seseorang itu duduk dalam rumah orang lain itu di
atas bantainya- orang lain tadi, kecuali dengan izinnya - yang memiliki." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan oleh Imam Muslim: "Maka yang terdahulu masuknya
Islam" sebagai ganti "yang tertua usianya."

Dalam riwayat lain lagi disebutkan:

"Yang berhak menjadi imamnya sesuatu kaum - waktu shalat ialah yang terbaik
bacaannya terhadap kitabullah - al-Quran, dan orang yang terdahulu pandai membacanya.
Jikalau dalam pembacaan itu sama - dahulu dan pandainya, maka hendaklah yang menjadi
imam itu seorang yang terdahulu hijrahnya. Jikalau dalam hijrahnya sama dahulunya, maka
hendaknya menjadi imam seorang yang tertua usianya."

Yang dimaksudkan bisulthanihi yaitu tempat kekuasaannya atau tempat yang
ditentukan untuknya. Takrimatihi dengan fathahnya ta' dan kasrahnya ra' ialah sesuatu yang
dikhususkan untuk diri sendiri, baik berupa bantal, hamparan, kasur ataupun lain-lainnya.

348. Dari Abu Mas'ud r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. mengusap bahu-bahu kita
dalam shalat dan bersabda:

"Ratakanlah - saf-saf dalam shalat - dan jangan bersilih-silih lebih maju atau lebih ke
belakang, sebab jikalau tidak rata, maka hatimu semua pun menjadi berselisih. Hendaklah
menyampingi saya - dalam shalat itu - orang-orang yang sudah baligh dan orang-orang yang
berakal di antara engkau semua. Kemudian di sebelahnya lagi ialah orang-orang yang
bertaraf di bawah mereka ini lalu orang yang bertaraf di bawah mereka ini pula." (Riwayat
Muslim)

Sabda beliau s.a.w.: Liyalini diucapkan dengan takhfifnya nun -tidak disyaddahkan-
serta tidak menggunakan ya'sebelum nun ini, tetapi ada yang meriwayatkan dengan
syaddahnya nun dan ada ya' sesudah nun itu - lalu dibaca liyalianni -. Annuha yakni akal.
Ululahlami ialah orang-orang yang sudah baligh, ada pula yang mengertikan: ahli hilm -
kesabaran - dan fadhal - keutamaan.

349. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Hendaklah menyampingi saya - dalam shalat - itu orang-orang yang sudah baligh
dan berakal, kemudian orang-orang yang bertaraf di bawah itu." Ini disabdakannya sampai
tiga kali. Beliau s.a.w. lalu melanjutkan: "Jauhilah olehmu semua akan berkeras-keras suara
seperti pasar. (Riwayat Muslim)

350. Dari Abu Yahya, ada yang mengatakan, namanya: Abu Muhammad, iaitu Sahal
bin Abu Hatsmah - dengan fathahnya ha' muhmalah dan sukunnya tsa' mutsallatsah - al-
Anshari r.a., katanya: "Abdullah bin Sahal dan Muhayyishah bin Mas'ud berangkat ke
Khaibar dan pada saat itu antara penduduk Khaibar - dengan Nabi s.a.w. - ada persetujuan
perdamaian. Kemudian kedua orang itu berpisah.Setelah itu Muhayyishah mendatangi
tempat Abdullah bin Sahal, tetapi yang didatangi ini sudah dalam keadaan berlumuran
darah dan telah terbunuh. Muhayyishah lalu menanamnya, terus berangkat kembali ke
Madinah. Setelah itu Abdur Rahman bin Sahal, Muhayyishah dan Huwayyishah, yakni
putera-putera Mas'ud, berangkat ke tempat Nabi s.a.w., lalu Abdur Rahman mulai berbicara,
kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yang tua saja yang berbicara, yang tua saja yang
berbicara," sebab Abdur Rahman adalah yang termuda antara orang-orang yang menghadap
itu. Abdur Rahman lalu berdiam diri dan kedua orang itulah yang berbicara. Sesudah itu
Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua bersumpah dan dapat menghaki orang
yang membunuhnya itu?" Seterusnya Abu Yahya yang merawikan Hadis ini - menyebutkan
kelengkapan Hadis di atas. (Muttafaq 'alaih)

351. Dari Jabir r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. mengumpulkan antara dua orang lelaki
dari golongan orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Badar - yakni dikumpulkan
dalam sebuah kubur, kemudian beliau bertanya - kepada sahabat-sahabatnya: "Manakah di
antara kedua orang ini yang lebih banyak hafalnya pada al Quran?" Ketika beliau s.a.w.
diberi isyarat antara salah satunya, maka yang dikatakan lebih banyak hafalannya al-Quran
itulah yang lebih didahulukan untuk dimasukkan dalam liang lahad." (Riwayat Bukhari)

352. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:

"Saya pernah melihat diri saya sendiri dalam impian di waktu saya sedang bersugi
dengan menggunakan sebatang kayu siwak. Kemudian datanglah padaku dua orang lelaki,
yang satu lebih tua daripada yang lainnya. Lalu siwak itu hendak saya berikan kepada orang
yang lebih muda, tiba-tiba ada seorang yang berkata padaku: "Berikanlah kepada yang tua."
Oleh sebab itu, maka saya berikanlah kepada yang tertua di antara kedua orang tadi."

Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai musnad dan oleh Imam Bukhari sebagai ta'liq.

353. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setengah daripada cara
mengagungkan Allah Ta'ala ialah dengan jalan memuliakan orang Islam yang sudah beruban
serta orang yang hafal al-Quran yang tidak melampaui batas ketentuan -dalam membacanya
dan tidak pula meninggalkan membacanya. Demikian pula memuliakan seorang sultan -
penguasa pemerintahan yang adil."

Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.

354. Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari neneknya r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Tidak termasuk golongan kita - ummat Islam - orang yang tidak belas kasihan kepada
golongan kecil di antara kita - baik usia atau kedudukannya - serta tidak termasuk golongan
kita pula orang yang tidak mengerti kemuliaan yang tua di antara kita."

Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi. Imam
Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih. Dalam riwayat Abu Dawud
disebutkan: "hak orang yang tua dari kita."

355. Dari Maimun bin Abu Syabib bahawasanya Aisyah radhiallahu 'anha dilalui oleh
seorang peminta-minta lalu olehnya diberi sepotong roti, juga dilalui oleh seorang lelaki yang
mengenakan pakaian baik serta berkeadaan baik, lalu orang itu didudukkan kemudian ia
makan. Kepada Aisyah ditanyakan, mengapa berbuat demikian - yakni tidak dipersamakan
cara memberinya. Lalu ia berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Letakkanlah masing-masing
manusia itu di tempatnya sendiri-sendiri." Diriwayatkan oleh Abu Dawud, tetapi kata Imam
Abu Dawud: "Maimun itu tidak pernah menemui Aisyah."

Hadis ini disebutkan oleh Imam Muslim dalam permulaan kitab shahihnya sebagai
ta'liq, lalu katanya: "Dan disebutkan dari Aisyah, katanya: "Rasulullah s.a.w. memerintahkan
kepada kita supaya kita menempatkan para manusia itu di tempatnya sendiri-sendiri - yakni
yang sesuai dengan kedudukannya."

Imam Hakim Abu Abdillah menyebutkan ini dalam kitabnya Ma'rifatu 'ulumil Hadis
dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis shahih.

356. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang - di
Madinah - lalu bertemu di rumah anak saudaranya-sepupunya - yaitu Hurbin Qais. Hur ini
adalah di antara golongan orang-orang yang dekat hubungannya dengan Umar r.a. dan
memang para ahli membaca al-Quran itu menjadi sahabat dalam majlisnya Umar dan yang
diajaknya bermusyawarat, baik pun mereka itu golongan orang-orang yang sudah tua
ataupun yang masih pemuda.

'Uyainah berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku, engkau ini mempunyai
wajah - yakni dikenal amat baik - di sisi Amirul mu'minin ini - maksudnya Umar, maka dari
itu mintakanlah izin untukku supaya aku dapat bertemu dengannya. Hur memintakan izin
lalu Umar mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk lalu ia berkata: "Ingat hai anaknya
Alkhaththab, demi Allah, engkau ini tidak dapat memberikan banyak keenakan pada kita
dan engkau tidak memerintah kepada kita dengan cara yang adil."

Umar r.a. marah padanya sehingga hampir saja bermaksud akan memberikan
hukuman pada 'Uyainah itu. Tetapi Hur kemudian berkata pada Umar: "Hai Amirul
mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman kepada Nabinya s.a.w. - yang ertinya:
"Berilah pengampunan, perintahkan dengan kebajikan dan janganlah menghiraukan kepada orang-
orang yang bodoh." (al-A'raf: 199) dan sesungguhnya orang ini - yakni 'Uyainah - adalah
termasuk golongan orang-orang yang bodoh."

Demi Allah, maka Umar tidak suka melanggar ayat tersebut ketika dibacakan padanya
dan Umar adalah orang yang paling dapat menahan dirinya - yakni paling mentaati - kepada
isi kitabullah Ta'ala itu." (Riwayat Bukhari)

357. Dari Abu Said yaitu Samurah bin jundub r.a., katanya: "Niscayalah saya dahulu
itu sebagai seorang anak-anak di zaman Rasulullah s.a.w., maka saya menghafal - berbagai
ajaran - dari beliau. Juga beliau tidak pernah melarang saya berbicara, melainkan jikalau di
situ ada orang yang lebih tua usianya daripadaku sendiri." (Muttafaq 'alaih)

358. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah seseorang pemuda
itu memuliakan seseorang tua kerana usianya, melainkan Allah akan mengira-ngirakan
untuknya orang yang akan memuliakannya nanti, jikalau ia telah berusia tua -maksudnya
setelah tuanya pasti akan dimuliakan anak-anak yang lebih muda daripadanya."

Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahawa Hadis ini adalah Hadis gharib.



Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih