BERZIARAH KEPADA PARA AHLI KEBAIKAN, DUDUK-DUDUK DENGAN MEREKA, MENGAWANI
MEREKA MENCINTAI MEREKA, MEMINTA MEREKA SUPAYA BERZIARAH KE TEMPAT
KITA, MEMINTA DO'A DARI MEREKA SERTA BERZIARAH KE TEMPAT-TEMPAT YANG UTAMA
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan ketika Musa berkata kepada bujangnya: "Saya tidak akan berhenti berjalan sehingga
sampai di pertemuan dua sungai atau aku berjalan sampai bertahun-tahun sehingga firman Allah:
"Musa berkata kepadanya - yakni Hidhir -: "Bolehkah aku mengikuti engkau dengan maksud supaya
engkau mengajarkan kepadaku kebenaran yang telah diajarkan kepadamu?” 34 (al-Kahfi: 60-66)
Keterangan:
Orang yang hendak dicari oleh Nabiullah Musa a.s. yang dianggapnya lebih pandai
daripadanya sendiri itu ialah Hidhir. Sebagian alim-ulama ada yang mengatakan bahwa
Hidhir itu adalah seorang Nabi, ada pula yang mengatakan, ia seorang waliullah yang
memiliki karamah (keistimewaan yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa sebagai
tanda kemuliaan yang dikurniakan oleh Allah padanya, jadi sama halnya dengan mu'jizat
bagi seseorang Nabi atau Rasul), juga ada yang mengatakan bahawa ia adalah orang shalih
saja. Jadi dalam hal ini banyak pendapat alim-ulama Islam. Mana yang benar, hanyalah Allah
Ta'ala yang Maha Mengetahui. Juga diperselisihkan pula oleh beliau-beliau itu perihal
kematian atau masih hidupnya Hidhir itu sampai saat ini, hingga tibanya hari kiamat nanti
sebagaimana diperselisihkannya tentang kematian atau masih hidupnya Nabiullah Isa al-
Masih a.s. Tegasnya ada sebagian ulama yang menyatakan pendapatnya bahwa kedua beliau
itu masih hidup dan baru akan mati nanti setelah datangnya hari kiamat, tetapi hidupnya
Hidhir a.s. di bumi dan Isa a.s. di langit. Juga ada sebagian ulama yang menyatakan
pendapatnya bahawa keduanya itu sudah mati. Wallahu A'lam bishshawaab.
Ketika Nabiullah Musa a.s. hendak mencari Hidhir, Allah memberikan petunjuk
kepadanya bahawa tempat Hidhir itu ada di Majma'ul Bahrain yakni tempat pertemuan dua
lautan. Inipun diperselisihkan pula, ada yang mengatakan bahawa lautan di situ maksudnya
dua sungai. Jadi Majma'ul Bahrain, artinya ialah pertemuan dua sungai yakni Sungai Nil Biru
dan Nil Putih. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan memang betul-betul
pertemuan dua lautan, yakni lautan Hitam yang dulu masuk wilayah kerajaan Parsi di
zaman kejayaannya dan lautan Tengah yang dulu masuk wilayah kerajaan Romawi di zaman
keemasannya. Jadi kalau
Ini yang dianggap benar, maka pertemuan kedua lautan itu ialah di selat Bospores
yang kini masuk wilayah Turki. Namun demikian, semua pendapat itu masih merupakan
serba kemungkinan dan belum dapat dipastikan keshahihannya. Wallaahu A'lam
bishshawaab.
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi
dan sore, mereka menginginkan keridhaan Tuhan." (al-Kahfi: 28)
359. Dari Anas r.a., berkata: "Abu Bakar berkata kepada Umar radhiallahu 'anhuma
setelah wafatnya Rasulullah s.a.w.: "Marilah berangkat bersama kita ke tempat Ummu Aiman
35 agar kita dapat berziarah padanya, sebagaimana Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya.
Setelah keduanya sampai di tempatnya, Ummu Aiman menangis, lalu keduanya bertanya:
"Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahawa apa yang
ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w.?" Ummu Aiman lalu menjawab:
"Sesungguhnya saya bukannya menangis kerana saya tidak mengerti bahawa apa yang ada
di sisi Allah adalah lebih baik untuk Rasulullah s.a.w. itu, tetapi saya menangis ini ialah
kerana sesungguhnya wahyu itu kini telah terputus dari langit."
Jawapan Ummu Aiman menyebabkan tergeraknya hati kedua orang tersebut untuk
menangis lalu kedua orang itu pun mulai pula menangis bersama Ummu Aiman." (Riwayat
Muslim)
360. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada seorang lelaki berziarah
kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang
malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan - yang dilaluinya. Setelah orang itu melalui
jalan itu, berkatalah malaikat kepadanya: "Ke mana engkau menghendaki?" Orang itu
menjawab: "Saya hendak ke tempat seorang saudaraku di desa ini." Malaikat bertanya lagi:
"Adakah suatu kenikmatan yang hendak kau peroleh dari saudaramu itu?" Ia menjawab:
"Tidak, hanya saja saya mencintainya kerana Allah." Malaikat lalu berkata: "Sesungguhnya
saya ini adalah utusan Allah untuk menemuimu - guna memberitahukan - bahawa
sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena
Allah." (Riwayat Muslim)
361. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang meninjau orang sakit atau berziarah kepada saudaranya kerana
Allah, maka berserulah seseorang yang mengundang-undang: "Engkau melakukan kebaikan
dan baik pulalah perjalananmu, serta engkau dapat menduduki tempat dalam syurga."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan
dan dalam sebagian naskah disebutkan sebagai Hadis gharib.
362. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Hanyasanya perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk adalah sebagai
pembawa minyak misik - yang baunya harum - dan peniup perapian - pandai besi. Pembawa
minyak misik ada kalanya memberikan minyaknya padamu, atau engkau dapat membelinya,
atau - setidak-tidaknya - engkau dapat memperoleh mencium - bau yang harum
daripadanya. Adapun peniup perapianmu, maka ada kalanya akan membakarkan
pakaianmu atau engkau akan memperoleh bau yang busuk daripadanya." (Muttafaq 'alaih)
363. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Seseorang wanita itu dikawini
kerana empat perkara, iaitu kerana ada hartanya, kerana keturunannya, kerana
kecantikannya dan kerana teguh agamanya. Maka dari itu dapatkanlah - yakni usahakanlah
untuk memperoleh - yang mempunyai keteguhan agama, tentu kedua tanganmu merasa
puas - yakni hatimu menjadi tenteram." (Muttafaq 'alaih)
Adapun maknanya Hadis di atas itu ialah bahwasanya para manusia itu dalam
ghalibnya menginginkan wanita itu kerana adanya empat perkara di atas itu, tetapi engkau
sendiri hendaklah menginginkan lebih-lebih yang beragama teguh. Wanita sedemikian itulah
yang harus didapatkan dan berlumbalah untuk mengawininya.
364. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda Jibril a.s.: "Apakah sebabnya
Tuan tidak suka berziarah pada kami yang lebih banyak lagi - lebih sering - daripada yang
Tuan berziarah sekarang ini?" Kemudian turunlah ayat - yang ertinya: - Dan kami tidak turun
melainkan dengan perintah Tuhanmu. BagiNya adalah apa yang ada di hadapan serta di
belakang kita 36 dan apa saja yang ada di antara yang tersebut itu." (Maryam: 64) (Riwayat
Imam Bukhari)
365. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah engkau
bersahabat, melainkan orang yang mu'min dan janganlah makan makananmu itu kecuali
orang yang bertaqwa." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi
dengan isnad yang tidak mengapa - untuk dijadikan pegangan.
366. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Seseorang itu
adalah menurut agama kekasihnya. Maka hendaklah seseorang dari engkau semua itu
melihat – meneliti benar-benar - orang yang dijadikan kekasihnya itu."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnad shahih
dan Imam Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
367. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Seseorang itu beserta orang yang dicintainya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam suatu riwayat lain disebutkan: Abu Musa r.a. berkata: "Nabi s.a.w. ditanya:
"Ada seseorang mencintai sesuatu kaum, tetapi ia tidak pernah menemui mereka itu,
bagaimanakah?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Seseorang itu beserta orang yang dicintainya."
368. Dari Anas r.a. bahawasanya ada seorang A'rab - orang Arab pedalaman - berkata
kepada Rasulullah s.a.w.: "Bilakah datangnya hari kiamat?" Rasulullah s.a.w. bersabda
kepadanya: "Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menemuinya?" A'rab itu
menjawab: "Kecintaanku kepada Allah dan RasulNya." Kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Engkau akan menyertai orang yang engkau cintai." (Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaz Imam Muslim. Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim lainnya,
disebutkan demikian:
A'rab berkata: "Saya tidak menyiapkan sesuatupun untuk menemui hari kiamat itu,
baik yang berupa banyaknya puasa, shalat atau sedekah, tetapi saya ini adalah mencintai
Allah dan RasulNya."
369. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah
s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan mengenai seseorang yang
mencintai sesuatu kaum, tetapi tidak pernah menemui kaum itu?" 37 Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Seseorang itu beserta orang yang dicintainya." (Muttafaq 'alaih)
370. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Para manusia ini adalah
bagaikan benda logam, sebagaimana juga logam emas dan perak. Orang-orang pilihan di
antara mereka di zaman Jahiliyah adalah orang-orang pilihan pula di zaman Islam, jikalau
mereka menjadi pandai - dalam hal agama. Ruh-ruh itu adalah sekumpulan tentera yang
berlain-lainan, maka mana yang dikenal dari golongan ruh-ruh tadi tentulah dapat menjadi
rukun damai, sedang mana yang tidak dikenalinya dari golongan ruh-ruh itu tentulah
berselisihan - maksudnya ruh baik berkumpulnya ialah dengan ruh baik, sedang yang buruk
dengan yang buruk." (Riwayat Muslim)
Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi s.a.w. Al-Arwah dan seterusnya itu dari
riwayat Aisyah radhiallahu 'anha.
Keterangan:
Dalam menafsiri pengertian perihal ruh itu ada yang saling kenal-mengenal yakni
'Ta'aruf dan ada yang tidak saling kenal-mengenal yakni Tanakur, maka Imam Ibnu
Abdissalam berkata sebagai berikut:
"Hal itu yakni kenal atau tidak kenal, maksudnya adalah mengenai keadaan sifat.
Artinya andaikata anda mengetahui seseorang yang berlainan sifatnya dengan anda,
misalnya anda seorang yang berbakti kepada Allah dan yang dikenal itu orang yang tidak
berbakti atau mengaku ketiadaan Allah, sekalipun kenal orangnya, tetapi tidak saling kenal-
mengenal jiwa, ruh ataupun faham yang dianutnya. Sebaliknya jika orang itu sama dengan
anda perihal keadaan sifatnya, sama-sama berbaktinya kepada Allah, sama-sama berjuang
untuk meluhurkan kalimat Allah, sama-sama membenci kepada kemungkaran dan
kemaksiatan, maka selain kenal orangnya, juga sesuai jiwanya, sesuai ruhnya dan sejalan
dalam faham yang dianutnya. Oleh sebab itu dalam sebuah Hadis lain disebutkan bahawa
seseorang yang merasa jiwanya itu masih lari atau enggan mengikuti ajakan orang yang
mulia dan utama amalannya, pula bagus kelakuannya, hendaknya segera mencari sebab-
sebabnya, sekalipun ia sudah mengaku sebagai manusia muslim. Selanjutnya setelah
penyakitnya ditemukan, hendaknya secepatnya diubati dan dibuang apa yang menyebabkan
ia sakit sedemikian. Cara inilah yang sebaik-baiknya untuk menyelamatkan diri dari sifat
yang buruk, sehingga ruhnya dan jiwanya dapat saling berkenalan dengan golongan orang-
orang yang baik pula ruh dan jiwanya."
371. Dari Usair bin Amr, ada yang mengatakan bahawa ia adalah bin Jabir - dengan
dhammahnya hamzah dan fathahnya sin muhmalah, katanya: "Umar bin Alkhaththab ketika
didatangi oleh sepasukan pembantu - dalam peperangan - dari golongan penduduk Yaman,
lalu ia bertanya kepada mereka: "Adakah di antaramu semua seorang yang bernama Uwais
bin 'Amir?" Akhirnya sampailah Uwais itu ada di mukanya, lalu Umar bertanya: "Adakah
anda bernama Uwais." Uwais menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Benarkah dari keturunan
kabilah Murad dari lingkungan suku Qaran?" Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya pula: "Adakah
anda mempunyai penyakit supak, kemudian anda sembuh daripadanya, kecuali hanya di
suatu tempat sebesar wang dirham?" Ia menjawab: "Ya." Ia bertanya lagi: "Adakah anda
mempunyai seorang ibu?" Ia menjawab: "Ya." Umar lalu berkata: "Saya pernah mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Akan datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan
mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit
supak lalu sembuh dari Penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar wang dirham. Ia juga
mempunyai seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah
akan sesuatu atas nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu - dengan sebab
amat berbaktinya terhadap ibunya itu. Maka jikalau engkau kuasa meminta padanya agar ia
memintakan pengampunan - kepada Allah - untukmu, maka lakukanlah itu!" Oleh sebab itu,
mohonkanlah pengampunan kepada Allah - untukku. Uwais lalu memohonkan
pengampunan untuk Umar. Selanjutnya Umar bertanya lagi: "Ke manakah anda hendak
pergi?" Ia menjawab: "Ke Kufah." Umar berkata: "Sukakah anda, sekiranya saya menulis -
sepucuk surat - kepada gabenor Kufah - agar anda dapat sambutan dan pertolongan yang
diperlukan." Ia menjawab: "Saya lebih senang menjadi golongan manusia yang fakir-miskin."
Setelah tiba tahun mukanya, ada seorang dari golongan bangsawan Kufah berhaji, lalu
kebetulan ia menemui Umar, kemudian Umar menanyakan padanya perihal Uwais. Orang
itu menjawab: Sewaktu saya tinggalkan, ia dalam keadaan buruk rumahnya lagi sedikit
barangnya - maksudnya sangat menderita." Umar lalu berkata: "Saya pernah mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Akan datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan
mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit
supak lalu sembuh dari penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar wang dirham. Ia juga
mempunyai seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah
akan sesuatu atas nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu. Maka jikalau
engkau kuasa meminta padanya agar ia memintakan pengampunan - kepada Allah untukmu,
maka lakukan itu!" Orang bangsawan itu lalu mendatangi Uwais dan berkata: "Mohonkanlah
pengampunan - kepada Allah -untukku. Uwais berkata: "Anda masih baru saja waktunya
melakukan bepergian yang baik - yakni ibadat haji, maka sepatutnya memohonkanlah
pengampunan untukku." Uwais lalu melanjutkan katanya: "Adakah anda bertemu dengan
Umar?" Ia menjawab: "Ya". Uwais lalu memohonkan pengampunan untuknya. Orang-orang
banyak lalu mengerti siapa sebenarnya Uwais itu, mereka mendatanginya, kemudian Uwais
berangkat - keluar dari Kufah menurut kehendaknya sendiri." (Riwayat Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: "Dari Usair bin Jabir bahawasanya
ahli Kufah sama bertemu kepada Umar r.a. dan di antara mereka ada seorang lelaki yang
menghina-hinakan Uwais. Umar lalu bertanya: "Apakah di situ ada seorang dari keturunan
Qaran?" Orang yang dimaksudkan itu lalu datang padanya. Umar kemudian berkata:
"Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah bersabda: "Sesungguhnya ada seorang lelaki dari
Yaman, akan datang padamu semua. Ia bernama Uwais. Dia tidak meninggalkan sesuatu di
Yaman itu melainkan seorang ibu. Ia mempunyai penyakit supak, lalu berdoa kepada Allah
Ta'ala, lalu Allah melenyapkan penyakitnya tadi, kecuali di suatu tempat sebesar wang dinar
atau dirham. Maka barangsiapa di antara engkau semua bertemu dengannya, hendaklah
meminta padanya agar ia memohonkan pengampunan - kepada Allah - untuknya."
Juga disebutkan dalam riwayat Imam Muslim lagi dari Umar, katanya: "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya sebaik-baiknya kaum tabi'in ialah seorang lelaki bernama Uwais. Ia
mempunyai seorang ibu dan pada tubuhnya ada putih-putih - karena penyakit supak,
maka suruhlah ia supaya memohonkan pengampunan untuk semua."
Sabda Nabi s.a.w. Ghabraan-un nas, dengan fathahnya ghain mu'jamah,saknahnya ba'
serta mad (dibaca panjang ra'nya). Ertinya golongan manusia yang fakir-miskin dan rakyat
jelata atau rendahan dan tidak diketahui pula dari lingkungan mana sebenarnya orang itu,
sedang Al-Amdad adalah jamaknya Madad, yaitu para penolong dan pembantu yang
memberikan pertolongan serta bantuan kepada kaum Muslimin dalam berjihad atau
perjuangan menegakkan agama Allah.
372. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Saya meminta izin kepada Nabi s.a.w.
untuk menunaikan umrah, lalu beliau mengizinkan dan bersabda: "Jangan melupakan kita,
hai saudaraku, untuk mendoakan kita." Beliau s.a.w. telah mengucapkan suatu kalimat -
meminta ikut disertakan dalam doa - yang saya tidak senang memperoleh seisi dunia ini
sebagai gantinya" - maksudnya bahawa kalimat yang disabdakan oleh beliau s.a.w. bagi
Umar r.a. amat besar nilainya yakni melebihi dari nilai dunia dan seisinya.
Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi
mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.
373. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. berziarah ke Quba' 38
sambil berkendaraan serta berjalan, kemudian beliau bersembahyang dua rakaat." (Muttafaq
'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: "Nabi s.a.w. mendatangi masjid Quba' setiap hari
Sabtu sambil berkenderaan dan berjalan dan Ibnu Umar juga melakukan seperti itu."
34 Firman Allah Ta'ala dalam surah al-Kahfi di atas adalah ayat 60, sedang yang di bawahnya adalah ayat 65.
Adapun ayat-ayat yang terletak di antara keduanya itu ialah ayat-ayat 61, 62, 63, 64 dan 65.
Kelengkapannya adalah sebagai berikut:
- Sesudah keduanya (yakni Musa dan bujangnya) telah sampai di pertemuan kedua lautan itu, mereka
lupa kepada ikannya (yang dibawa sebagai bekal), lalu ikan itu melompat mengambil jalannya sendiri di lautan (61)
- Setelah keduanya berjalan lebih jauh, ia (Musa) berkata pada bujangnya: "Ambillah makanan kita,
sungguh kita telah merasa lelah sebab (jauhnya) perjalanan kita ini (62)
- Bujangnya menjawab; "Tidakkah Tuan ketahui bahawa ketika kita mencari tempat perlindungan
(peristirahatan) di batu besar tadi, saya benar-benar lupa kepada ikan itu dan tiada lain yang menyebabkan saya
terlupa itu selain syaitan jua. Ikan itu lalu mengambil jalannya di lautan. Ini amat mengherankan sekali untuk
mengingatnya (63)
- Ia (Musa) berkata: "Itulah tempat yang kita cari," kemudian keduanya kembali mengikuti jejaknya semula (64)
- Lalu keduanya mendapati seseorang dari hamba-hamba Kami (Tuhan) yang telah Kami berikan
kurnia kepadanya iaitu kerahmatan dari sisi Kami dan Kami ajarkan kepadanya ilmu pengetahuan dari
berbagai ilmu yang ada pada Kami (65)
35 Ummu Aiman adaiah perawat serta pengasuh Rasulullah s.a.w. di waktu kecilnya. Ia adalah seorang
hambasahaya, lalu dimerdekakan oleh beliau s.a.w. setelah beliau s.a.w. dewasa. Suaminya bernama Zaid bin
Haritsah. Amat besar penghormatan Nabi s.a.w. terhadap Ummu Aiman itu serta sangat dimuliakan, bahkan
beliau s.a.w. pernah bersabda: "Ummu Aiman ummi" ertinya: "Ummu Aiman itu adalah ibuku."
36 Maksudnya ialah bahawa bagi Allah itu adalah semua yang ada di muka dan di belakang kita serta apa pun
yang ada di antara keduanya itu, baik mengenai waktu dan tempat. Oleh sebab itu kita semua ini tidak dapat
berpindah dari satu keadaan atau tempat kepada keadaan atau tempat yang lain, kecuali dengan perintah dan
kehendak Allah sendiri.
37 Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban ada tambahannya sesudah kata-kata "Walam yalhaq bihim", sedang
tambahannya itu berbunyi:
Artinya:
"Dan orang itu tidak dapat mengamalkan sebagaimana yang diamalkan oleh kaum yang dicintainya itu."
38 Quba' adalah sebuah desa yang jaraknya dari Madinah ada sefarsakh atau kira-kira 5 km. Di situ ada
masjidnya yang terkenal, yakni masjid yang didirikan oleh Nabi s.a.w. yang pertama kali, sedang yang kedua
ialah masjid Nabawi di Madinah.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
Terjamahan dari Kitab Riyadush Shalihin, Al-Quran Dan Kumpulan Hadits, Situs Pondok Pesantren, Artikel-artikel Islami.