MEMULIAKAN AHLI BAITNYA RASULULLAH SAW DAN MENERANGKAN KEUTAMAAN MEREKA

MEMULIAKAN AHLI BAITNYA RASULULLAH SAW DAN MENERANGKAN KEUTAMAAN MEREKA

Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya Allah menghendaki akan menghilangkan kotoran daripadamu semua, hai ahlul
bait - yakni keluarga Rasulullah - dan membersihkan engkau semua dengan sebersih-bersihnya." (al- Ahzab: 33)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Dan barangsiapa yang memuliakan tanda-tanda suci - agama Allah, maka sesungguhnya
yang sedemikian itu adalah menunjukkan ketaqwaan hati." (al-Haj:32)

Keterangan:

Ahli bait Rasulullah s.a.w., yang di dalamnya termasuk pula zurriyah atau
keturunannya dan yang dalam hukum Agama Islam sama sekali tidak boleh diberi sedekah
dan merekapun haram pula menerimanya apabila diberi, di negeri kita pada umumnya
diberi nama "Sayyid" bagi yang lelaki dan "Sayyidah" bagi yang wanita. Golongan sayyid
atau sayyidah itu adalah dari keturunan Sayidina Hasan r.a.

Adapun jika dari keturunan Sayidina Husain r.a., maka diberi nama "Syarif"
bagi yang lelaki dan "Syarifah" bagi yang perempuan. Makna sebenarnya, sayyid adalah
pemuka dari kata Saada Yasuudu, artinya mengepalai atau mengetuai, sedang Syarif artinya
adalah orang yang mulia dari kata Syarufe Yasyrufu, maknanya mulia.

Dalam Hadis yang tertera di bavvah ini tercantum suatu anjuran kepada kita semua,
agar kita memuliakan kepada golongan mereka, tetapi ini tidak bererti bahwa kita tidak perlu
memuliakan kepada golongan selain mereka itu. Perihal penghormatan terhadap siapa pun
juga manusianya, tetap wajib. Jadi dalam hal penghormatan sama sekali tidak ada
diskriminasi atau perbedaan, baik mengenai caranya, menemui atau berhadapan dengannya
dan lain-lain lagi. Jadi jikalau di antara golongan mereka ada yang meminta supaya
dimuliakan lebih dari golongan selain mereka, maka hal itu tidak dapat dibenarkan, sebab
manusia yang termulia di sisi Allah hanyalah yang terlebih ketaqwaannya kepada Allah Ta'ala itu belaka.

Sebagian golongan ada yang menggunakan ayat di bawah ini sebagai nash atau dalil
bahawa Nabi Muhammad s.a.w. menyuruh ummatnya agar keturunan beliau s.a.w. lebih
dimuliakan, lebih dihormati dan dialu-alukan daripada golongan lainnya. Ayat yang
digunakan pedoman itu ialah yang berbunyi:

"Katakanlah - wahai Muhammad! Untuk ajakan itu, aku tidak meminta upah atau bayaran
kepadamu semua, melainkan kekasih sayangan terhadap keluarga". (asy-Syura:23)

Oleh sementara golongan, keluarga yang wajib dikasih-sayangi ialah keluarga
Rasulullah s.a.w., dengan makna bahwa mereka yang diberi nama Sayyid, Sayyidah, Syarif
atau Syarifah itu wajib lebih dimuliakan dan dihormati melebihi yang lain. Jadi makna Al-
qurbaa dikhususkan kepada keturunan Sayidina Hasan dan Sayidina Husain radhiallahu
'anhuma yang keduanya itu putera Sayidina Ali r.a. dan isterinya bernama Sayidatina
Fathima radhiallahu 'anha yakni puteri Rasulullah s.a.w. Tetapi beberapa ahli tafsir
menjelaskan bahawa makna dari lafaz Alqurbaa itu bukan dikhususkan untuk golongan
keturunan Sayidina Hasan serta Sayidina Husain r.a. itu saja. Baiklah kita meneliti sejenak
apa yang dijelaskan dalam Ash-Shawi, sebuah hasyiyah dari Tafsir Jalalain dan hasyiyah atau
kupasan tersebut ditulis oleh Imam Ahmad ash-Shawi al-Maliki. Di antara kupasannya
mengenai lafaz Alqurbaa beliau berkata:

"Para ahli tafsir sama berselisih pendapat dalam memberikan makna ayat ini," yang
dimaksudkan ialah "kasih-sayang pada keluarga, sehingga jumlah pendapat itu menjadi tiga
macam. Selanjutnya secara ringkasnya beliau menyatakan:

(a) Kekeluargaan.

(b) Kerabat atau rasa kefamilian antara seluruh kaum muslimin.

(c) Mentaqarrubkan atau mendekatkan diri kepada Allah dengan
melaksanakan amal perbuatan yang baik dan diridhai olehNya.

Jadi kalau yang digunakan menurut bagian (a) yakni yang pertama, maka benarlah
bahawa zurriyah Nabi s.a.w. itulah yang dimaksudkan, sebagaimana juga tertera dalam
Hadis di bawah ini, yaitu no. 345.

Namun demikian, kalau ada yang mengatakan bahawa golongan mereka itu adalah
manusia suci dari dosa, ataupun sudah pasti masuk syurga, atau pada akhir hayatnya pasti
memperoleh husnul khatimah atau lain-lain yang bukan-bukan, maka sama sekali tidak
dapat diterima, sebab, memang tidak ada keterangan dalam al-Quran atau Hadis yang
terjamin kebenarannya, sebab suci atau terjaga dari dosa (ma'shum minadz-dzunub)
hanyalah para Nabi 'alaihimush shalatu wassalam, sedangkan masuk syurga ataupun
memperoleh husnul khatimah adalah semata-mata di dalam ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sesudah kita meninjau salah satu kitab tafsir yang ditulis oleh angkatan tua, kini
marilah kita meneliti apa yang ditulis oleh salah seorang ahli tafsir dari angkatan sekarang
atau dalam abad kita ini, yaitu seorang Sayyid juga yang bernama Sayid Quthb dalam
kitabnya yang bernama Fi-Dhilalil Quran yang ertinya "Di bawah naungan al-Quran."
Keringkasan dari huraian beliau itu adalah sebagai berikut:

"Dalam menyampaikan agama Allah yakni Agama Islam kepada ummatnya yang
dimulainya dengan golongan kaum Quraisy, Nabi s.a.w. mendapat banyak tentangan dan
permusuhan, beliau s.a.w. disakiti dan lain-lain. Padahal yang melakukan penganiayaan
sedemikian itu adalah kaumnya sendiri, kaum Quraisy yang terdiri dari berbagai bathn atau
perkampungan, padahal dalam setiap bathn dari golongan kaum Quraisy itu beliau pasti
mempunyai ikatan kekeluargaan. Jadi yang diharapkan oleh beliau s.a.w. hendaklah
mempunyai rasa kasih-sayang sebab toh juga masih ada ikatan kekeluargaan yakni Alqurbaa.

Sayid Quthb tidak memberikan ulasan selain yang diringkaskan di atas itu.

Wallahu A'lam bish-shawaab.

345. Dari Yazid bin Hayan, katanya: "Saya berangkat bersama Hushain binSabrah dan
Umar bin Muslim ke tempat Zaid bin Arqam r.a. Ketika kita sudah duduk-duduk di
dekatnya, lalu Hushain berkata padanya: "Hai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan
yang banyak sekali. Engkau dapat kesempatan melihat Rasulullah s.a.w., mendengarkan
Hadisnya, berperang besertanya dan juga bersembahyang di belakangnya. Sungguh-sungguh
engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. Cubalah beritahukan kepada kita
apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w. Zaid lalu berkata: "Hai anak
saudaraku, demi Allah,sungguh usiaku ini telah tua dan janji kematianku hampi rtiba, juga
saya sudah lupa akan sebagian apa yang telah pernah saya ingat dari Rasulullah s.a.w. Maka
dari itu, apa yang saya beritahukan kepadamu semua, maka terimalah itu, sedang apa yang
tidak saya beritahukan, hendaklah engkau semua jangan memaksa-maksakan padaku untuk
saya terangkan." Selanjutnya ia berkata: "Rasulullah s.a.w. pernah berdiri berkhutbah di
suatu tempat berair yang disebut Khum, terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau s.a.w.
lalu bertahmid kepada Allah serta memujiNya, lalu menasihati dan memberikan peringatan,
kemudian bersabda:

"Amma Ba'du, ingatlah wahai sekalian manusia, hanyasanya saya ini adalah seorang
manusia, hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku - yakni malaikatul-maut,
kemudian saya harus mengabulkan kehendakNya - yakni diwafatkan. Saya meninggalkan
untukmu semua dua benda berat - agung - yaitu pertama Kitabullah yang di dalamnya ada
petunjuk dan cahaya. Maka ambillah amalkanlah - dengan berpedoman kepada Kitabullah
itu dan peganglah ia erat-erat." Jadi Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang teguh
serta mencintai benar-benar kepada kitabullah itu.

Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Dan juga ahli baitku. Saya memperingatkan
kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku, sekali lagi
saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku."

Hushain lalu berkata kepada Zaid: "Siapakah ahli baitnya itu, hai Zaid. Bukankah
isteri-isterinya itu termasuk dari golongan ahli baitnya?" Zaid menjawab: "Ahli baitnya
Rasulullah s.a.w. ialah Ahli keluarga keturunan - Ali, Alu Aqil, Alu Ja'far dan Alu Abbas."
Hushain mengatakan: "Semua orang dari golongan mereka ini diharamkan menerima
sedekah." Zaid berkata: "Ya, benar." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Ingatlah dan sesungguhnya saya meninggalkan kepadamu semua dua benda berat-
agung, pertama ialah Kitabullah. Itu adalah tali agama Allah. Barangsiapa yang
mengikutinya ia dapat memperoleh petunjuk, sedang barangsiapa yang meninggalkan -
mengabaikan - padanya, ia akan berada dalam kesesatan."

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. dalam sebuah
Hadis mauquf 'aiaih, bahawasanya dia

berkata: "Intailah Muhammad s.a.w. dalam ahli baitnya." (Riwayat Bukhari)

Maknanya Urqubuhu ialah jagalah dan hormati serta memuliakanlah ia, dengan
menghormati serta memuliakan ahli baitnya Rasulullah s.a.w. itu.

Wallahu a'lam.


Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih