KEUTAMAAN LAPAR, HIDUP SERBA KASAR, CUKUP DENGAN SEDIKIT SAJA DALAM HAL MAKAN, MINUM, PAKAIAN DAN LAIN-LAIN DARI KETENTUAN-KETENTUAN BADAN SERTA M

Allah Ta'ala berfirman:



"Kemudian mereka digantikan oleh sesuatu angkatan yang meninggalkan shalat dan memperturutkan

keinginan nafsu, maka oleh sebab itu, mereka akan menemui kebinasaan. Kecuali orang yang bertaubat dan

beriman serta beramal shalih, maka mereka itu akan memasuki syurga dan tidak dianiaya sedikitpun."

(Maryam: 59-60) Allah Ta'ala berfirman pula:



"Kemudian keluarlah ia - yakni Qarun - pada kaumnya dengan perhiasannya - yang indah-indah.

Orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata: "Wahai, kiranya kita mempunyai seperti apa yang

diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia mempunyai bagian keuntungan yang besar - yakni bernasib baik

sekali. Tetapi orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan berkata: "Celaka engkau semua itu, pahala dari

Allah adalah lebih baik untuk orang yang beriman dan beramal shalih." (al-Qashash: 79-80)



Juga Allah Ta'ala berfirman:



"Kemudian pada hari itu - yakni hari kiamat, niscayalah engkau semua akan ditanya tentang

kesenangan - dunia." (at-Takatsur: 8)



Allah Ta'ala berfirman lagi:



"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan yang sekarang, maka Kami segerakan - memberikan -

kepadanya apa yang Kami kehendaki, untuk orang yang Kami sukai, kemudian Kami jadikan untuknya neraka

jahannam, ia masuk ke dalamnya dalam keadaan tercela dan dihalaukan - terusir." (al-lsra': 18)



Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi.



489. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Tidak pernah kenyang keluarga Muhammad

s.a.w. itu dari roti gandum selama dua hari terus-menerus, keadaan sedemikian ini sampai beliau

s.a.w. dicabut ruhnya." (Muttafaq 'alaih)



Dalam riwayat lain disebutkan:



"Tidak pernah kenyang keluarga Muhammad s.a.w. itu sejak beliau datang di Madinah dari

makanan gandum selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau dicabut ruhnya - wafat."



490. Dari Urwah dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya Aisyah pernah berkata: "Demi

Allah, hai anak saudaraku, sesungguhnya kita melihat ke bulan sabit, kemudian timbul pula bulan

sabit, kemudian timbul pula bulan sabit. Jadi tiga bulan sabit yang berarti dalam dua bulan lamanya,

sedang di rumah-rumah keluarga Rasulullah s.a.w. tidak pernah ada nyala api." Saya - yakni Urwah -

berkata: "Hai bibi, maka apakah yang dapat menghidupkan anda sekalian?" Aisyah radhiallahu 'anha

menjawab: "Dua benda hitam, yaitu kurma dan air belaka, hanya saja Rasulullah s.a.w. mempunyai

beberapa tetangga dari kaum Anshar, mereka itu mempunyai beberapa ekor unta manihah, 49 lalu



mereka kirimkanlah air susunya itu kepada Rasulullah s.a.w. kemudian memberikan minuman itu

kepada kita." (Muttafaq 'alaih)




491. Dari Said al-Maqburi dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia berjalan melalui kaum yang

di hadapan mereka itu ada seekor kambing yang sedang dipanggang. Mereka memanggilnya, tetapi

ia enggan untuk ikut memakannya dan ia berkata: "Rasulullah s.a.w. keluar dari dunia - yakni wafat -

dan tidak pernah kenyang dari roti gandum." (Riwayat Bukhari)



492. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu tidak pernah makan di atas meja sehingga beliau

wafat, juga tidak pernah makan roti yang diperhaluskan buatannya sehingga beliau wafat." (Riwayat

Bukhari)



Dalam riwayatnya Imam Bukhari yang lain disebutkan: "Juga beliau s.a.w. tidak pernah

melihat kambing yang disamit dengan matanya samasekali," disamit artinya dihilangkan bulu-

bulunya lalu dibakar dengan kulitnya sekali. 50



493. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Sungguh-sungguh saya

pernah melihat Nabimu semua s.a.w. dan beliau tidak mendapatkan kurma bermutu rendahpun yang

dapat digunakan untuk mengisi perutnya." (Riwayat Muslim)



Daqal adalah kurma yang bermutu rendah.



494. Dari Sahal bin Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah melihat roti putih sama

sekali sejak beliau di utus oleh Allah Ta'ala sehingga dicabut ruhnya oleh Allah Ta'ala. Kepada Sahal

ini ditanyakan: "Apakah di zaman Rasulullah s.a.w. itu engkau semua tidak mempunyai alat

pengayak?" Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah melihat alat pengayak itu sejak beliau

diutus oleh Allah Ta'ala sehingga dicabut ruhnya oleh Allah Ta'ala." Kepadanya ditanyakan lagi:

"Bagaimana caranya engkau semua makan gandum kalau tidak diayak?" Ia menjawab: "Kita semua

menumbuknya dan meniupkannya,kemudian beterbanganlah benda-benda yang dapat terbang

daripadanya itu lalu mana yang tertinggal, maka itulah yang kami basahi untuk dijadikan adukan

tepung-untuk membuat roti." (Riwayat Bukhari)



Ucapannya Annaqi dengan fathahnya nun dan kasrahnya qaf serta syaddahnya ya' yaitu roti

yang berwarna putih dan itulah yang disebut darmak.



Tsarrainahu dengan tsa' mutsallatsah kemudian ra' musyaddadah lalu ya' mutsannat di

bawahnya, lalu nun, artinya kita basahi dan kita jadikan adukan tepung - guna membuat roti.



495. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pada suatu hari atau suatu malam

keluar, kemudian tiba-tiba bertemu dengan Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma, lalu beliau

bertanya: "Apakah yang menyebabkan engkau berdua keluar ini?" Keduanya menjawab: "Karena

lapar ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Adapun saya, demi Zat yang jiwaku ada di dalam

genggaman kekuasaanNya, niscayalah yang menyebabkan saya keluar ini adalah sesuatu yang juga

menyebabkan engkau berdua keluar itu - yakni sama-sama karena lapar - Ayolah pergi." Keduanya

pergi bersama beliau s.a.w., lalu mendatangi seorang lelaki dari kaum Anshar, tiba-tiba lelaki itu tidak

sedang di rumahnya. Ketika isterinya melihat Nabi s.a.w., lalu berkata: Marhaban wa ahlan. Selamat

datang di rumah ini dan harap mendapatkan keluarga yang baik. Rasulullah s.a.w. lalu bertanya: "Di

mana Fulan - suamimu?" Isterinya menjawab: "Ia pergi mencari air tawar untuk kita." Tiba-tiba di saat

itu orang Anshar - suaminya itu - datang. Ia melihat kepada Rasulullah s.a.w. dan kedua orang

sahabatnya, kemudian berkata: "Alhamdulillah. Tiada seorangpun yang pada hari ini mempunyai

tamu-tamu yang lebih mulia daripada saya sendiri. Orang itu lalu pergi kemudian datang lagi

menemui tamu-tamunya itu dengan membawa sebuah batang kurma - berlobang - berisikan kurma

berwarna, kurma kering dan kurma basah. lapun berkata: "Silakanlah makan."Selanjutnya ia

mengambil pisau,lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jangan menyembelih yang mengandung air susu."

Orang Anshar itu lalu menyembelih untuk tamu-tamunya itu, kemudian mereka makan kambing itu,

juga kurma dari batang kurma tadi serta minum pulalah mereka. Setelah semuanya itu kenyang dan

segar-tidak kehausan-lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam

genggaman kekuasaanNya, niscayalah engkau semua akan ditanya dari kenikmatan yang engkau

semua rasakan ini pada hari kiamat.



Engkau semua dikeluarkan dari rumahmu oleh kelaparan. Kemudian engkau semua tidak

kembali sehingga engkau semua memperoleh kenikmatan ini." (Riwayat Muslim)



Ucapannya yasta'dzibu artinya mencari air tawar dan itulah air yang bagus. Al-'izdqu dengan

kasrahnya 'ain dan sukunnya dzal mu'jamah, yaitu batang atau dahan - kurma dan lain-lain. Almud-

yatu dengan dhammahnya mim atau boleh pula dikasrahkan, yaitu pisau. Alhalub ialah binatang yang

berisikan susu dalam teteknya.



Pertanyaan mengenai kenikmatan ini adalah pertanyaan tentang banyak jumlahnya

kenikmatan, bukan pertanyaan sebagai olok-olok dan penyiksaan.



Wallahu a'lam.



Adapun orang Anshar yang didatangi oleh Rasulullah s.a.w. serta kedua orang sahabatnya itu

ialah Abul Haitsam bin at-Taihan. Demikianlah dalam sebuah Hadis yang dijelaskan menurut riwayat

Termidzi dan lain-lain.



496. Dari Khalid bin Umar al-Adawi, katanya: "Utbah bin Ghazwan berkhutbah

kepada kita dan ia adalah menjabat sebagai gubernur di Bashrah. Ia bertahmid kepada Allah

serta memujiNya, kemudian berkata: "Amma ba'du, sesungguhnya dunia ini sudah

memberitahukan akan kerusakannya dan akan menyingkir dengan cepatnya, maka

daripadanya itu tidak akan tertinggal melainkan sisanya yang sedikit sekati, sebagaimana

sisanya wadah yang dikumpulkan isinya itu oleh pemiliknya. Sesungguhnya engkau semua

pasti berpindah dari dunia ini, ke perumahan yang tidak akan ada lenyapnya -yakni kekal.

Maka dari itu berpindahlah dengan sebaik-baik bekal yang ada padamu semua.

Sesungguhnya saja telah disebutkan kepada kita - oleh Nabi s.a.w. - bahwa sebuah batu yang

dilemparkan dari tepi Jahanam itu lalu jatuh ke dalamnya sampai selama tujuhpuluh tahun,

tetapi belum lagi mencapai dasarnya. Demi Allah, niscayalah Jahanam itu benar-benar akan

dipenuhi, adakah engkau semua heran tentang itu? Juga niscayalah telah disebutkan kepada

kita bahwasanya antara dua daun pintu dari beberapa daun pintu syurga itu adalah berjarak

sejauh perjalanan empat puluh tahun. Niscayalah pula akan datang terhadap syurga itu

suatu hari bahwa ia menjadi penuh padat karena sesaknya - yakni berjejal-jejal orang hendak

memasukinya. Saya sendiri telah mengalami bahwa diri saya termasuk yang ketujuh dari

tujuh orang yang menyertai Rasulullah s.a.w., yang kita tidak memiliki makanan apapun,

melainkan daun-daunan pohon, sehingga banyaklah luka-luka yang timbul di rahang kita,

kemudian saya mendapatkan selembar kain, lalu saya sobeklah kain itu untuk dibagikan

antara saya sendiri dengan Sa'ad bin Malik, jadi saya bersarung dengan separuh kain itu dan

Sa'ad juga bersarung dengan separuhnya lagi.



Selanjutnya pada hari ini, seseorang di antara kita berdua itu tidaklah menjabat

melainkan sebagai seorang gubernur dari sebuah daerah dari sekian banyak daerah yang ada.

Sesungguhnya saya mohon perlindungan kepada Allah kalau saya merasa dalam diri sendiri

itu sebagai orang yang agung, sedang di sisi Allah hanyalah kecil belaka." (Riwayat Muslim)



Ucapannya adzanat, dengan madnya alif, artinya memberitahukan. Shurmun dengan

dhammahnya dhad yaitu putus atau lenyap Wallat hadzdzaa dengan ha' muhmalah yang

difathahkan lalu dzal mu'jamah musyaddadah lalu alif mamdudah, artinya cepat.

Ashshubabah dengan dhammahnya shad muhmalah, artinya sisa yang sedikit. Yatashabbuba

dengan syaddahnya ba' sebelum ha' artinya mengumpulkannya. Alkazhizh, artinya yang

banyak serta penuh padat. Qarihat dengan fathahnya qaf dan kasrahnya ra', artinya di tempat

itu banyak luka-lukanya.



497. Dari Abu Musaal-Asy'ari r.a., katanya: "Aisyah radhiallahu 'anha mengeluarkan

untuk kita - maksudnya agar kita dapat melihatnya - sebuah baju dan sarung kasar, lalu ia

berkata: "Rasulullah s.a.w. dicabut ruhnya sewaktu mengenakan kedua pakaian ini."

(Muttafaq 'alaih)



498. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Sesungguhnya saya itu niscayalah pertama-

tama orang Arab yang melempar dengan panahnya fi-sabilillah. Kita semua waktu itu berperang

beserta Rasulullah s.a.w. dan kita tidak mempunyai makanan sedikitpun melainkan daun pohon

hublah dan daun pohon samurini,sehingga seseorang dari kita itu niscayalah mengeluarkan kotoran

besar sebagaimana keadaan kambing kalau mengeluarkan kotoran besarnya dan tidak dapat

bercampur dengan lainnya - yakni bulat-bulat serta kering, karena tidak ada yang dimakan."

(Muttafaq 'alaih)



Alhublah dengan dhammahnya ha' dan sukunnya ba' muwah-hadah, juga samur adalah dua

macam pohon-pohonan yang terkenal di daerah badiah yakni tanah Arab bagian pedalaman.



499. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad ini makanan sekadar menutup kelaparan."

(Muttafaq 'alaih)



Ahli lughat dan gharib - yakni yang memperbincangkan mufradat dari al-Quran dan al-Hadis

- mengatakan, bahwa artinya qut ialah sesuatu yang dimakan untuk menutup sisa hidup.



500. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Demi Zat yang tiada Tuhan melainkan Dia,

sesungguhnyaiah bahwa saya menyandarkan hatiku ke bumi karena kelaparan dan sesungguhnya

pula bahwa saya mengikatkan batu pada perut saya karena kelaparan. Sebenarnya saya pernah

duduk-duduk pada suatu hari di jalanan orang-orang yang sama keluar melalui jalanan itu - untuk

mencari nafkahnya masing-masing. Kemudian Nabi s.a.w. berjalan melalui tempat saya dan beliau

tersenyum ketika melihat saya, karena mengetahui keadaan dan hal-ihwal yang ada dalam wajahku

dan diriku, kemudian beliau bersabda: "Abu Hir." Saya menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau

bersabda lagi: "Mari ikut," dan beliau terus berlalu dan saya mengikutinya. Selanjutnya beliau

masuklah di rumah keluarganya, saya mohon izin lalu beliau mengizinkan masuk untukku. Sayapun

masuklah, di situ beliau menemukan susu dalam gelas. Beliau bertanya: "Dari manakah susu ini?"

Keluarganya berkata: "Fulan atau Fulanah itu menghadiahkan untuk Tuan." Beliau bersabda: "Abu

Hir." Saya menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda pula: "Susullah para ahlush-shuffah,

lalu panggillah mereka untuk datang padaku."



Abu Hurairah berkata: "Ahlush-shuffah itu adalah merupakan tamu-tamu Islam, karena tidak

bertempat pada sesuatu keluarga, tidak pula berharta dan tidak berkerabat pada seseorangpun.

Jikalau ada sedekah - zakat - yang datang pada Nabi s.a.w. lalu sedekah -atau zakat - itu dikirimkan

semuanya oleh beliau kepada mereka itu dan beliau sendiri tidak mengambil sedikitpun daripadanya,

tetapi kalau beliau menerima hadiah, maka dikirimkanlah kepada orang-orang itu dan beliau sendiri

mengambil sebagian daripadanya. Jadi beliau bersama-sama dengan para ahlush-shuffah itu untuk

menggunakannya."



Perintah Nabi s.a.w. memanggil ahlush-shuffah itu tidak mengenakkan hati saya dan oleh

sebab itu saya berkata: "Apa hubungannya susu ini untuk diberikan ahlush-shuffah. Saya adalah lebih

berhak untuk memperoleh susu ini dengan sekali minuman saja, agar saya dapat merasa kuat

tubuhku." Kemudian, jikalau orang-orang itu datang, Nabi s.a.w. tentu menyuruh saya agar saya

memberikan itu kepada mereka. Barangkali tidak akan dapat sampai padaku - yakni bahwa saya

tidak memperoleh bagian - susu itu, tetapi juga tidak ada jalan lain kecuali mentaati Allah dan

mentaati RasulNya s.a.w. Oleh karena itu mereka saya datangi dan saya panggillah semuanya.

Mereka menghadap dan meminta izin, lalu Nabi s.a.w. mengizinkan mereka masuk, juga sama

mengambil tempat duduk sendiri-sendiri dalam rumah.



Beliau lalu bersabda: "Abu Hir." Saya menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda lagi:

"Ambillah susu itu dan berikanlah kepada mereka."



Abu Hurairah berkata: "Saya lalu mengambil gelas, kemudian saya berikan pada seseorang

dulu. Ia minum sampai kenyang minumnya lalu gelas dikembalikan. Seterusnya saya berikan kepada

yang lain, ia pun minumlah sampai kenyang pula minumnya, lalu dikembalikanlah gelasnya,

sehingga akhirnya sampai giliran saya memberikan itu kepada Nabi s.a.w., sedang orang-orang

ahlush-shuffah itu sudah puas minum semuanya. Beliau s.a.w. mengambil gelas lalu diletakkan di

tangannya, kemudian beliau melihat saya dan tersenyum, kemudian bersabda: "Abu Hir." Saya

menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda pula: "Sekarang tinggallah saya dan engkau -

yang belum minum." Saya menjawab: "Benar Tuan, ya Rasulullah." Beliau bersabda: "Duduklah dan

minumlah." Saya pun duduklah lalu saya minum. Beliau bersabda lagi: "Minumlah lagi." Sayapun

minumlah. Beliau tidak henti-hentinya bersabda: "Minumlah lagi," sehingga saya berkata: "Tidak,

demi Allah yang mengutus Tuan dengan benar, saya sudah tidak mendapatkan jalan lagi untuk

minum itu - artinya sudah amat kenyang minumnya itu. Setelah itu beliau bersabda: "Kalau begitu,

berikanlah saya gelas itu "Gelaspun saya berikan, kemudian beliau memuji kepada Allah Ta'ala dan

membaca bismillah di permulaan minumnya lalu beliau minumlah sisanya itu." (Riwayat Bukhari)



501. Dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Niscayalah saya pernah

mengalami diriku bahwa saya jatuh tersungkur antara mimbarnya Rasulullah s.a.w. dengan biliknya

Aisyah radhiallahu 'anha sampai tidak sadarkan diri. Kemudian datanglah padaku seseorang yang

datang, lalu ia meletakkan kakinya di atas leher saya dan ia menyangka bahwa sesungguhnya saya

adalah orang gila, padahal saya tidaklah kejangkitan penyakit gila, tetapi jatuh saya tadi hanyalah

karena kelaparan." (Riwayat Bukhari)



502. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. wafat sedang baju besinya

sedang digadaikan pada seorang Yahudi dengan nilai tiga puluh sha' - gantang - dari gandum."

(Muttafaq 'alaih)



503. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. menggadaikan baju besinya dengan gandum dan

saya berjalan ke tempat Nabi s.a.w. dengan membawa roti gandum dan lemak cair yang sudah

berubah keadaannya. Sungguh-sungguh saya mendengar beliau s.a.w. bersabda: "Tiada sesuatupun

pada pagi-pagi ini melainkan hanya segantang untuk para keluarga Muhammad dan tidak ada untuk

sore harinya nanti kecuali segantang pula." Padahal seluruh keluarganya itu adalah sembilan rumah."

(Riwayat Bukhari)



504. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: sungguh-sungguh saya telah melihat tujuh puluh orang

dari golongan ahlush-shuffah -kaum fakir miskin di Madinah, tiada seorangpun di antara mereka itu

yang berselendang. Ada kalanya mengenakan sarung dan ada kalanya pula baju. Mereka

mengikatkan itu pada leher-lehernya.



Di antaranya ada yang sampai pada separuh kedua betisnya dan di antaranya ada yang

sampai pada kedua mata kakinya, lalu dikumpulkan - kedua belahannya itu - karena enggan kalau

sampai terlihat auratnya." (Riwayat Bukhari)



505. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Hamparan Rasulullah s.a.w. itu terbuat dari kulit

dan isinya adalah sabut." (Riwayat Bukhari)


506. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua duduk-duduk bersama

Rasulullah s.a.w., tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kaum Anshar, lalu ia memberi salam pada

beliau itu. kemudian orang Anshar tadi menyingkir. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai saudara kaum

Anshar, bagaimanakah keadaan saudaraku Sa'ad 51 bin Ubadah?" Orang itu menjawab: "Baik saja."



Beliau s.a.w, bersabda lagi: "Siapakah di antara engkau semua yang meninjaunya?" Kemudian beliau

s.a.w. berdiri dan kitapun berdiri bersamanya dan kita berjumlah sepuluh orang lebih - tiga sampai

sembilan. Kita semua yang pergi itu tidak berterumpah, tidak pula bersepatu, bersongkok ataupun

bergamis, sedangkan kita berjalan di tempat yang tandus, hampir tidak ada tanamannya, sehingga

datanglah kita di tempatnya. Kaumnya Sa'ad bin Ubadah lalu mundur dari sekelilingnya, sehingga

mendekatlah Rasulullah serta semua sahabat yang menyertainya." (Riwayat Muslim)



507. Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:



"Sebaik-baik engkau sekalian adalah orang-orang yang sekurun - semasa - denganku,

kemudian yang mengikutinya - yang datang sesudahnya - kemudian orang-orang yang

mengikutnya." Imran berkata: "Saya tidak tahu, adakah Nabi s.a.w. mengucapkannya itu dua atau

tiga kali."



Nabi s.a.w. selanjutnya menyabdakan:



"Kemudian akan datanglah sesudah mereka itu sesuatu kaum yang menjadi saksi, tetapi tidak

dapat dipercaya kesaksiannya. Mereka juga berkhianat dan tidak dapat dipercaya amanatnya,

demikian pula mereka bernazar, tetapi tidak suka memenuhi nazarnya dan tampaklah kegemukan

dalam tubuh mereka," - yakni gemuk yang disebabkan karena terlampau banyak makan, minum dan

bersenang-senang dan bukan gemuk karena kejadiannya memang gemuk." (Muttafaq 'alaih)



508. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Hai anak Adam, sesungguhnya jikalau engkau memberikan apa-apa yang kelebihan padamu,

sebenarnya hal itu adalah lebih baik untukmu dan jikalau engkau tahan - tidak engkau berikan

siapapun, maka hal itu adalah menjadikan keburukan untukmu. Engkau tidak akan tercela karena


"Arasynya Allah yang Maha Pengasih telah bergoncang dengan sebab kematian Sa'ad bin Mu'az."



Dalam hal ini ada beberapa ahli syair yang menggubahnya,di antaranya ialah yang berbunyi:



Tiada bergoncanglah arasy Allah sebab kematian seseorang yang meninggal dunia.



Yang pernah kita dengar perihal itu, melainkan sebab kematian Sa'ad yaitu Abu 'Amr.



Demikianlah yang dapat dikutip dari hamisy alau pinggir sebagian naskah asli, diturun dari tulisan yang mulia

Imam Nawawi sendiri, penyusun kitab ini rahimahul Laahu Ta'ala (Semoga Allah Ta'ala mengaruniakan

kerahmatan kepadanya).


adanya kecukupan - maksudnya menurut syariat engkau tidak akan dianggap salah, jikalau

kehidupanmu itu dalam keadaan yang cukup dan tidak berlebih-lebihan. Lagi pula mulailah - dalam

membelanjakan nafkah - kepada orang yang wajib engkau nafkahi."



Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.



509. Dari Ubaidullah bin Mihshan al-Anshari al-Khathmi r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.

bersabda:



"Barangsiapa di antara engkau semua telah merasa aman - dari musuhnya - dalam dirinya,

sihat dalam tubuhnya, memiliki keperluan hidup - makan, minum, obat dan apa-apa yang

dibutuhkan dalam kehidupannya - pada hari itu, maka ia telah dikaruniai dunia dengan keseluruhan

isinya."



Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.



Sirbihi dengan kasrahnya sin muhmalah artinya ialah dirinya, ada yang mengatakan bahwa

artinya itu ialah kaumnya.



510. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w.

bersabda:



"Sungguh berbahagialah orang yang masuk Agama Islam serta diberi rezeki cukup dan diberi

sifat qana'ah - suka menerima -dengan apa-apa yang telah dikaruniakan oleh Allah." (Riwayat

Muslim)



511. Dari Abu Muhammad yaitu Fadhalah bin Ubaid al-Anshari r.a. bahwasanya ia

mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Untung besarlah kehidupan seseorang yang telah dikarunia petunjuk untuk memasuki

Agama Islam, sedang hidupnya itu adalah dalam keadaan cukup dan pula ia bersifat qana'ah -

menerima."



Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.



512. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. dalam beberapa malam

yang berturut-turut itu bermalam dalam keadaan terlipat - maksudnya terlipat perutnya karena lapar,

sedang para keluarganya tidak mendapatkan sesuatu untuk makan malam, juga sebagian banyak roti

yang dimakan itu adalah roti terbuat dari gandum."



Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.



513. Dari Fadhalah bin Ubaid r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila bersembahyang

dengan para manusia, maka ada beberapa orang lelaki yang jatuh tersungkur dari berdiri mereka itu

ketika dalam shalatnya, disebabkan karena kefakiran yang sangat -yakni karena sangatnya kelaparan

sehingga tidak kuat berdiri. Mereka itu adalah ahlush-shuffah, sehingga orang A'rab - orang-orang

Arab dari pedalaman - mengatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang gila. Kemudian apabila

Rasulullah s.a.w. telah selesai bersembahyang, lalu menghadap ke arah mereka itu dan berkata:

"Andaikata engkau semua mengetahui apa yang disediakan untukmu semua di sisi Allah Ta'ala,

niscayalah engkau semua senang kalau engkau semua bertambah kefakiran dan hajatnya - dari

sekarang ini.



Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.



Alkhashashab ialah kekurangan dan kelaparan yang sangat.


514. Dari Abu Karimah, yaitu al-Miqdad bin Ma'dikariba r.a., katanya: "Saya mendengar

Rasulullah s.a.w. bersabda:



"Tidaklah seseorang memenuhi sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya.

Cukuplah sebenarnya seseorang itu makan beberapa suapan yang dapat mendirikan - menguatkan -

tulang rusuknya. Maka jikalau makanan itu harus diisikannya, maka sepertiga hendaklah untuk

makanannya dan sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya."



Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.



515. Dari Abu Umamah, yaitu lyas bin Tsa'laba al-Anshari al-Harits r.a., katanya: "Para sahabat

Rasulullah s.a.w. pada suatu hari menyebut-nyebutkan di sisi beliau itu tentang hal dunia - yakni

perihal kesenangan, kekayaan dan lain-lain. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau

semua mendengar, tidakkah engkau semua mendengar bahwa badzadzah itu termasuk keimanan,

bahwa badzadzah itu termasuk keimanan." Yakni taqahhul. (Riwayat Abu Dawud)



Albadzadzah dengan ba' muwahhadah dan dua dzal yang mu'jamah artinya ialah keadaan yang

serba kusut dan meninggalkan pakaian yang indah-indah. Adapun taqahhul, dengan qaf dan ha' maka

para ahli Lughat mengatakan bahwa orang yang bertaqahhul ialah orang yang kering kulitnya karena

keadaan hidupnya yang serba kasar dan meninggalkan kemewahan - dalam segala hal.



516. Dari Abu Abdillah bin Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita dikirimkan

oleh Rasulullah s.a.w. - ke medan peperangan - dan mengangkat Abu Ubaidah r.a. sebagai amir -

panglima - untuk memimpin kita, guna menemui kafilah orang-orang Quraisy. Kita semua membawa

bekal sebuah tempat berisi kurma dan kita tidak menemukan selain itu. Abu Ubaidah memberikan

kita sekurma demi sekurma. Kepada kita ditanyakan - oleh orang lain: "Bagaimanakah engkau semua

berbuat dengan sebiji kurma itu." Jawabnya: "Kita mengisapnya sebagaimana seorang anak bayi

mengisap tetek. Kemudian kita minum air setelah itu. Keadaan sedemikian ini mencukupi kita untuk

sehari itu sampai malam. Kita juga memukul daun-daunan dengan tongkat-tongkat kita, lalu kita

basahi dengan air, kemudian kita makanlah itu. Seterusnya kita berangkat ke pantai laut, lalu

tampaklah di atas kita di pantai laut tadi, seolah-olah seperti tumpukan pasir yang besar, lalu kitapun

mendatanginya. Tiba-tiba yang tampak itu adalah seekor binatang yang dinamakan ikan lodan - hiu.

Abu Ubaidah lalu berkata: "Bangkai," kemudian ia berkata lagi: "Oh tidak - maksud-nya tidak haram

diambil dagingnya untuk dimakan. Bahkan kita ini adalah utusan-utusan dari Rasulullah s.a.w. dan

dalam berjuang fisabilillah. Engkau semua adalah dalam keadaan terpaksa. Maka dari itu makanlah

olehmu semua." Kita semua berdiam – sambil makan ikan tersebut - dalam waktu sebulan lamanya

dan jumlah kita seluruhnya adalah tigaratus orang, sehingga kita semuapun menjadi gemuklah.

Niscayalah saya melihat bahwa kita semua menciduk dari lobang matanya itu dengan beberapa

gayung akan minyaknya dan kita memotong daripadanya itu beberapa potongan daging sebesar

lembu atau sekira selembu-selembu besarnya. Sungguh-sungguh Abu Ubaidah menyuruh seseorang

dari kita sebanyak tigabelas orang, diperintah olehnya supaya duduk dalam lobang matanya dan

supaya mengambil tulang rusuknya, lalu ditegakkan dan dimuatkan pada unta yang terbesar yang

ada beserta kita. Ia berjalan di bawahnya. Kita juga mengambil bekal dari dagingnya yang telah

djkeringkan - dijadikan dendeng.



Setelah kita semua datang di Madinah, kita mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu kita

ceriterakanlah hal itu kepada beliau, lalu beliau bersabda: "Itu adalah rezeki yang dikeluarkan oleh

Allah untukmu semua. Adakah engkau semua membawa sedikit dagingnya, supaya dapat

memberikan sedekahnya untuk makanan kita?" Kita semua mengirimkan kepada Rasulullah s.a.w.

sebagian dagingnya itu, kemudian beliau s.a.w. memakannya." (Riwayat Muslim)



Aljirab ialah wadah dari kulit yang sudah dapat dimaklumi. Lafaz ini dibaca dengan

kasrahnya jim atau boleh pula dengan fathahnya, tetapi dengan kasrah adalah lebih fashih.

Namashshuha dengan fathahnya mim. Alkhabath ialah daun-daunan dari pohon yang dikenal dan

dimakan oleh unta. Alkatsib ialah timbunan dari pasir. Alwaqbu dengan fathahnya wawu dan

saknahnya qaf dan sesudahnya itu ialah ba' muwahhadah, ialah lobang mata. Alqilal ialah gayung.

Aifidar dengan kasrahnya fa' dan fathahnya dal yaitu beberapa potong. Rahala ba'ira yaitu

memberikan beban pada unta. Alwasyaiq dengan syin mu'jamah dan qaf ialah daging yang dipotong-

potong untuk dikeringkan.



Wallahu a'lam.



517. Dari Asma' binti Yazid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ujung lengan baju gamisnya

Rasulullah s.a.w. itu adalah sampai di pergelangan tangan."



Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.



Arush-ghu dengan menggunakan shad dan Arrus-ghu dengan menggunakan sin, juga boleh,

artinya ialah pergelangan antara tapak tangan dengan lengan tangan bagian bawah.



518. Dari Jabir r.a., katanya: "Sesungguhnya kita semua pada hari khandak - menggali tanah

untuk perlindungan diri sebelum timbulnya peperangan dan peperangan di waktu itu disebut perang

khandak, artinya parit, kita semua menggali. Kemudian pada penggalian itu terhalang oleh adanya

gumpaian tanah yang keras. Para sahabat satna mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: "Tanah keras ini

menghalang-halangi untuk kelanjutan penggalian parit." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Saya akan

turun." Selanjutnya beliau s.a.w. terus berdiri, sedang perut beliau itu diikat di situ dengan sebuah

batu - karena kelaparan. Kita semua memang sudah selama tiga hari itu tidak merasakan rasa

makanan apapun. Nabi s.a.w. lalu mengambil cangkul, terus memukulnya, maka kembalilah tanah

keras itu bagaikan tumpukan pasir yang hancur-lebur. Kemudian saya berkata: "Ya Rasulullah,

berilah saya izin untuk pulang ke rumah." Seterusnya saya lalu berkata kepada isteriku: "Saya telah

melihat sesuatu dalam diri Nabi s.a.w. - yakni pengganjalan perut dengan batu itu - yang tidak dapat

disabarkan lagi. Maka adakah engkau mempunyai sesuatu - yang dapat dimakan?" Isterinya

menjawab: "Saya mempunyai gandum dan kambing perempuan. Kambing itu lalu

sayasembelih,sedang isteriku menumbuk gandum, sehingga dagingnya itu kita letakkan dalam

periuk. Kemudian saya mendatangi Nabi s.a.w.,sedangkan adukan makanan itu telah pecah - yakni

sudah lumat dan halus - dan kuali yang ada di antara batu-batu itu telah hampir masak isinya. Saya

berkata kepada beliau s.a.w.: "Saya mempunyai sediktt makanan ya Rasulullah, maka dari itu silakan

Tuan berdiri - yakni pergi ke tempat saya - bersama seorang atau dua orang saja. Beliau bertanya:

"Berapa banyaknya itu?" Saya menyebutkan sebagaimana adanya - yakni kambing dengan gandum

yang cukup untuk beberapa orang saja. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Banyak itu dan enaksekali,

Katakanlah kepada isterimu, janganlah diangkat dulu periuknya, juga jangan pula diambil roti itu

dari dapur, sehingga saya datang nanti." Seterusnya beliau s.a.w. bersabda: "Berdirilah engkau

semua," maka berdirilah semua kaum Muhajirin dan Anshar - yang ikut membuat parit. Saya masuk

kepada isteriku lalu saya berkata: "Celaka ini. Nabi s.a.w. datang dengan semua kaum Muhajirin dan

Anshar, jadi semua yang menyertainya." Isterinya berkata: "Adakah beliau menanyakan banyaknya

makanan?" Saya berkata: "Ya." 52



Seterusnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Masuklah engkau se-kalian dan jangan berjejal-

jejalan." Beliau s.a.w. mulai memotong roti dan diberikanlah pula di situ dagingnya dan selalu

menutupi periuk dan dapur itu apabila beliau mengambil daripadanya dan mendekatkan kepada

sahabat-sahabatnya itu, kemudian ditariklah kualinya itu -sesudah diambilkan isinya. Tidak henti-

hentinya beliau s.a.w. memotong roti itu dan menciduk kuah sehingga sekalian sahabatnya itu

kenyang semua dan masih ada pula sisanya dalam kuali. Kemudian beliau s.a.w. bersabda:

"Makanlah ini dan berikanlah hadiah - kepada orang-orang lain seperti tetangga, sebab sesungguhnya

para manusia itu terkena bencana kelaparan. (Muttafaq 'alaih)


Dalam riwayat lain disebutkan: Jabir berkata: "Ketika parit digali, maka saya melihat adalah

kelaparan yang sangat dalam diri Nabi s.a.w. Lalu saya kembali ke tempat isteriku dan saya berkata:

"Adakah engkau mempunyai sesuatu yang dapat dimakan?" karena sesungguhnya saya melihat

adanya kelaparan yang sangat dalam diri Rasulullah s.a.w." Isteriku lalu mengeluarkan sebuah

wadah yang di dalamnya ada segantang gandum, sedang kita juga mempunyai seekor binatang

kambing kecil yang telah lulut. Binatang itu lalu saya sembelih dan isteriku menumbuk gandum.

Isteriku telah selesai pekerjaannya sebagaimana sayapun selesai pula, lalu saya potonglah dalam

kualinya, kemudian saya kembali menuju ke tempat Rasulullah s.a.w. Isteriku berkata: "Jangan

engkau membuat aku tampak celaku, sebab hanya mempunyai makanan sedikit dan ini menunjukkan

kemiskinannya - kepada Rasulullah s.a.w. dan orang-orang yang menyertainya nanti." Selanjutnya

saya lalu mendatangi Nabi s.a.w. dan saya membisikinya. Saya berkata: "Ya Rasulullah, kita

menyembelih seekor kambing kecil untuk makanan kita dan saya juga telah menumbuk segantang

gandum. Maka dari itu, silakan Tuan datang di tempat saya bersama beberapa orang saja yang akan

menyertai Tuan." Tiba-tiba Nabi s.a.w. berteriak dan bersabda: "Hai sekalian penggali parit,

sesungguhnya Jabir telah membuat sesuatu hidangan yang akan disuguhkan kepada kita. Maka

marilah kita semua ke rumahnya." Kemudian Nabi s.a.w. bersabda - kepada -Jabir: "Janganlah sekali-

kali engkau turunkan kualimu dan jangan pula dijadikan roti dulu adukan gandummu itu, sehingga

saya datang." Saya datang ke rumah dan Nabi s.a.w. juga datang sambil menyuruh orang-orang

banyak datang pula ke situ. Begitulah saya akhirnya datang di tempat isteriku. Isteriku berkata:

"Bagaimana engkau ini, bagaimana engkau ini," maksudnya isterinya itu menyalahkan suaminya,

mengapa membawa orang-orang sebanyak itu. Saya berkata: "Saya telah mengerjakan semua yang

engkau katakan." Isteriku lalu mengeluarkan adukan gandum kita, lalu Nabi s.a.w. berludah di

dalamnya dan mendoakan keberkahannya, kemudian menuju ke tempat kuah kita, lalu berludah pula

di situ dan juga mendoakan keberkahannya, kemudian bersabda: "Pang-gillah seorang tukang

membuat roti, supaya ia dapat menolong membuat roti bersamamu - dan yang disuruh ini adalah

isteri Jabir -dan pula ciduklah dari kualimu, tetapi janganlah kuali itu diturunkan." Orang-orang yang

datang di saat itu adalah sebanyak seribu orang. Saya bersumpah dengan nama Allah, niscayalah

orang-orang itu semuanya dapat makan, sehingga mereka meninggalkannya dan pergi dari rumah

saya itu, sedang sesungguhnya kuali kita masih tetap berbunyi karena isinya yang mendidih

sebagaimana tadinya -sebelum diambil isinya oleh orang-orang banyak, juga sesungguhnya adukan

roti kita masih tetap menjadi roti - sebanyak asalnya."



Ucapannya: Aradhat kud-yatun, dengan dhammahnya kaf dan sukunnya dal dan dengan ya'

yang mutsannat di bawahnya, artinya ialah segumpal tanah yang keras dan tebal yang tidak dapat

dicairkan oleh kapak. Atkatsib asalnya ialah tumpukan pasir dan yang dimaksudkan di sini ialah telah

menjadi tanah yang halus, itulah artinya lafaz ah-yala. At-atsafiyyu ialah batu-batu yang di atasnya itu

diletakkan kuali untuk memasak. Tadhaghatbu artinya berjejal-jejalan. Almaja'ah ialah kelaparan,

dengan fathahnya mim. Al-khamash dengan fathahnya kha' mu'jamah dan mim, artinya ialah lapar.

Inkafa'tu artinya saya balik dan kembali. Albuhaimah dengan dhammahnya ba' adalah tash-ghirnya

lafaz bahmah, yaitu kambing betina, yakni al'anaq dengan fathahnya 'ain. Addajin yaitu binatang yang

sudah lulut di rumah. Assur ialah makanan yang diundanglah untuk memakannya itu beberapa

orang dan kata ini adalah dari bahasa Persi - Iran. Hayyahalan artinya marilah.



Ucapannya bika wa bika artinya bahwa isterinya itu membantah suaminya serta memakinya

karena ia meyakinkan bahwa makanan yang dimilikinya itu tentu tidak cukup untuk orang-orang

sebanyak itu. Jadi wanita itu merasa malu dan agaknya tersamarlah untuknya apa yang dijadikan

kemuliaan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada NabiNya s.a.w. dari mu'jizat yang nyata dan

pertanda yang jelas itu. Basaqa sama dengan basbaqa atau bazaqa yakni meludah dan ini ada tiga

lughatnya, amada dengan fathahnya mim yakni sengaja atau bermaksud Iqdabl artinya

ciduklah,sedang atmiqdahab artinya ciduk atau gayung, tagbitbtbu artinya bahwa karena mendidihnya

itu keluarlah suaranya.



Wallahu a'lam.


519. Dari Anas r.a., katanya: "Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim: "Saya

mendengar suara Rasulullah s.a.w. itu lemah sekali dan saya mengetahui bahwa beliau

adalah dalam keadaan lapar. Maka dari itu, apakah engkau tidak mempunyai sesuatu untuk

dimakan?" Ummu Sulaim lalu mengeluarkan beberapa bulatan dari gandum, kemudian ia

mengambil kerudungnya, kemudian ia meiipatkan roti dengan sebagian kerudung tadi, lalu

memasukkannya di bawah bajuku dan mengembalikannya padaku dengan sebagian lagi -

maksudnya bahwa Ummu Sulaim itu melipat roti dengan sebagian kerudung dan dengan

sebagiannya lagi dilipatkan untuk Anas. Seterusnya Ummu Sulaim menyuruh saya - Anas -

untuk menemui Rasulullah s.a.w., lalu saya pergi dan saya menemui Rasulullah s.a.w.

sedang duduk di dalam masjid disertai oleh orang-orang banyak. Seterusnya lalu saya berdiri

di muka orang-orang itu, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah engkau diutus oleh

Abu Thalhah." Saya menjawab: "Ya." Beliau bersabda lagi: "Apakah untuk sesuatu makanan?"

Saya menjawab: "Ya." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda kepada sahabat-sahabatnya yang

ada di masjid: "Berdirilah engkau semua dan berangkatlah." Saya juga berangkat mengikuti

mereka itu, sehingga datanglah saya kepada Abu Thalhah, lalu saya memberitahukan

padanya - bahwa Nabi s.a.w. mengajak orang banyak. Abu Thalhah berkata: "Hai Ummu

Sulaim. Rasulullah s.a.w. telah datang dengan orang-orang banyak, sedangkan kita tidak mempunyai

sesuatu untuk memberi makanan kepada mereka semuanya itu." Isterinya berkata: "Allah dan

RasulNya adalah lebih mengetahui itu." Abu Thalhah lalu berangkat sehingga bertemu dengan

Rasulullah s.a.w., kemudian berhadapanlah Rasulullah s.a.w. dengannya sehingga keduanya itu

masuk rumah. Selanjutnya Rasulullah bersabda: "Bawa saya kemari apa yang engkau punyai, hai

Ummu Sulaim." Wanita itu datang dengan roti tersebut di atas, lalu Rasulullah s.a.w. menyuruh

supaya dipotong-potongkan dan Ummu Sulaim memeraskan di atas roti itu suatu tempat berisi samin,

maka itulah yang merupakan lauknya. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda sekehendak yang beliau

sabdakan, selanjutnya lalu bersabda pula: "Izinkanlah masuk sepuluh orang." Orang sepuluh itu

diizinkan masuk lalu mereka semuanya makan sehingga kenyang, lalu keluarlah setelah itu.

Seterusnya beliau bersabda lagi: "Izinkanlah masuk sepuluh orang lagi." Orang sepuluh itu diizinkan

lalu mereka makan sehingga kenyang kemudian keluarlah mereka itu pula. Beliau s.a.w. bersabda

lagi: "Izinkanlah masuk sepuluh orang lagi." Demikianlah sehingga seluruh kaum - yakni yang

menyertai Nabi s.a.w. dari masjid - dapat makan sehingga kenyang semuanya, sedangkan jumlah

kaum itu ada tujuh puluh atau delapan puluh orang." (Muttafaq 'alaih)



Dalam riwayat lain disebutkan: "Maka tidak henti-hentinya beliau s.a.w. memasukkan

sepuluh orang dan mengeluarkan sepuluh orang, sehingga tidak seorangpun yang tertinggal,

melainkan ia tentu telah makan sehingga kenyang, kemudian dikumpulkanlah kelebihan makanan itu,

tetapi tiba-tiba banyaknya makanan tersebut adalah sama seperti keadaan ketika orang-orang banyak

belum makan daripadanya itu."



Dalam riwayat lain disebutkan pula: "Maka makanlah orang-orang itu sepuluh orang demi

sepuluh orang, sehingga yang sedemikian itu dilaksanakan untuk sebanyak delapanpuluh orang.

Kemudian Nabi s.a.w. makanlah setelah orang-orang itu semuanya, juga semua keluarga rumah dan

mereka masih meninggalkan sisa pula."



Dalam riwayat lain lagi dikatakan: "Kemudian mereka masih meninggalkan sisa yang cukup

untuk disampaikan kepada tetangganya."



Dalam riwayat lainnya lagi dikatakan:



Dari Anas r.a., katanya: "Saya datang kepada Rasulullah s.a.w. pada suatu hari, kemudian

saya menemui beliau s.a.w. itu sedang duduk dengan sahabat-sahabatnya dan di perutnya

diikatkanlah dengan suatu ikatan - seperti batu dan lain-lain untuk menahan lapar. Lalu saya

bertanya kepada salah seorang sahabatnya: "Mengapa Rasulullah s.a.w. mengikat perutnya." Orang-

orang sama berkata: "Karena lapar." Oleh sebab itu saya lalu pergi kepada Abu Thalhah, yaitu

suaminya Ummu Sulaim binti Milhan, kemudian saya berkata: "Aduh bapak, saya sungguh-sungguh

telah melihat Rasulullah s.a.w. mengikat perutnya dengan suatu ikatan, lalu saya bertanya kepada

sebagian sahabat-sahabatnya dan mereka mengatakan bahwa hal itu karena beliau lapar." Abu

Thalhah lalu masuk menemui ibuku - yakni Ummu Sulaim, kemudian bertanya: "Adakah sesuatu -

yang dapat dimakan?" Ummu Sulaim menjawab: "Ya, ada. Saya mempunyai beberapa potong roti dan

beberapa buah kurma. Jika Rasulullah s.a.w. datang ke tempat kita sendirian, tentu dapatlah kita

mengenyangkan beliau itu, tetapi jikalau beliau datang dengan disertai orang lain, maka makanan

kita terlampau sedikit untuk dimakan orang-orang itu." Seterusnya Anas menyebutkan kelengkapan

Hadis ini.


49 Mengenai pengertian apa yang disebul unta "manihah", harap dilihat dalam Hadis no. 138


50 Ini adalah yang biasa dimakan oleh golongan kaum hartawan yang gemar berfoya-foya.


52 Dalam riwayat lain disebutkan bahwa setelah Jabir r.a. berkata: "Ya," yang maksudnya Nabi s.a.w. telah

diberitahu bahwa makanan yang dapat disediakan itu hanya cukup untuk seorang dua orang saja. Tetapi tiba-

tiba yang diajak beliau s.a.w., adalah semua sahabat Muhajirin dan Anshar yang semuanya dalam keadaan

lapar. Isterinya lalu berkata: "Kalau begitu, Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui. Kita telah

memberitahukan apa yang dapat kita sediakan." Dengan kata-kata isterinya, kesedihan Jabir r.a. yang sangat itu

menjadi lapang.


Sumber : Kitab Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih