BERSIKAP LEMAH LEMBUT KEPADA ANAK YATIM, ANAAK-ANAK PEREMPUAN

BERSIKAP LEMAH LEMBUT KEPADA ANAK YATIM, ANAAK-ANAK PEREMPUAN

DAN ORANG LEMAH YANG LAIN-LAIN KAUM FAKIR MISKIN, ORANG-ORANG CACAT,

BERBUAT BAIK KEPADA MEREKA, MENGASIHI, MERENDAHKAN DIRI

SERTA BERSIKAP MERENDAH KEPADA MEREKA

Allah Ta'ala berfirman:

"Dan tundukkanlah sayapmu - yakni bersikap merendahlah kepada sesama kaum mu'minin," (al-Hijr: 88)

Allah Ta'ala berfirman pula:

"Dan sabarkanlah dirimu beserta orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan
sore yang mereka itu menginginkan keridhaan Allah dan janganlah engkau hindarkan pandanganmu
terhadap mereka itu, karena engkau menginginkan keindahan hiasan keduniaan." (al-Kahf: 28)

Allah Ta'ala berfirman lagi:

"Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau bersikap kasar dan kepada peminta-peminta,
janganlah engkau membentak-bentak." 26 (ad-Dhuha: 9-10)

Juga Allah Ta'ala berfirman:

"Adakah engkau mengetahui siapa orang yang mendustakan Dia - Islam atau hari pembaiasan
di akhirat - itu? yang sedemikian itu ialah orang yang tidak menghiraukan keadaan anak yatim dan
tidak menyuruh - orang lain atau jiwanya sendiri - untuk memberi makan kepada orang miskin." (al- Ma'un: 1-3)

261. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Kita beserta Nabi s.a.w. dan kita
semua ada enam orang - selain beliau s.a.w.

Kaum musyrikin lalu berkata: "Usirlah orang-orang enam itu, supaya mereka tidak
berani - bersikap tidak sopan - kepada kita. Enam orang itu ialah saya - yang merawikan
Hadis ini, Ibnu Mas'ud, seorang dari kabilah Hudzail, Bilal dan dua orang lagi yang tidak
saya sebut namanya. Mereka ini dianggap tidak setaraf derajatnya oleh kaum musyrikin
kalau duduk-duduk bersama mereka. Hal itu mengesan sekali dalam jiwa Rasulullah s.a.w.
sedalam yang dikehendaki oleh Allah pengesanannya. Beliau mengusikkan itu dalam
jiwanya, kemudian turunlah firman Allah - yang artinya: "Janganlah engkau mengusir orang-
orang yang menyeru kepada Tuhannya di waktu pagi dan sore yang mereka itu sama
menginginkan keridhaan Allah belaka." (al-An'am: 52) (Riwayat Muslim)

262. Dari Abu Hurairah,yaitu 'A-idz bin 'Amr, al-Muzani dan ia termasuk golongan
yang menyaksikan Bai'atur Ridhwan r.a. bahwasanya Abu Sufyan mendatangi Salman,
Shuhaib, Bilal dalam sekelompok sahabat. Mereka lalu berkata: "Pedang-pedang Allah belum
lagi bertindak terhadap musuh Allah sebagaimana tindakan yang semestinya - yang
dimaksudkan musuh Allah ialah Abu Sufyan itu, sebab di kala itu ia masih menjadi kafir.

Abu Bakar berkata: "Adakah engkau mengucapkan itu kepada sesepuh Quraisy dan
penghulu mereka" - Abu Bakar berkata ini karena mengharapkan supaya Abu Sufyan masuk
Islam, bukan hendak melukai hati para sahabat yang berkata di atas.

Abu Bakar lalu mendatangi Nabi s.a.w. kemudian memberitahukan apa yang terjadi
itu. Nabi s.a.w. bersabda: "Hai Abu Bakar, barangkali engkau menyebabkan mereka menjadi
marah - sebab ucapanmu itu. Jikalau engkau menyebabkan mereka marah, niscayalah engkau
menyebabkan juga kemurkaan Tuhanmu." Kemudian Abu Bakar mendatangi orang-orang
tadi lalu berkata: "Wahai saudara-saudaraku, saya telah menyebabkan engkau semua
menjadi marah, bukan." Mereka menjawab: "Tidak. Semoga Allah memberikan
pengampunan padamu, hai saudaraku." (Riwayat Muslim)

Ucapannya: Ma'khadzaha artinya tidak memenuht hak ketentuannya. Ya akhi
diriwayatkan dengan fathahnya hamzah dan kasrahnya kha' serta diringankannya ya' - yakni
tidak disyaddahkan. Juga diriwayatkan dengan dhammahnya hamzah, fathahnya kha' dan
syaddahnya ya' - lalu berbunyi: Ukhayya.

263. Dari Sahl bin Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Saya dan orang yang memelihara anak yatim itu dalam syurga seperti ini." Beliau
mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya dan merenggangkan antara
keduanya itu." (Riwayat Bukhari)

Kafilul yatim ialah orang yang menanggung segala perkara yang diperlukan oleh anak
yatim - baik makan, minum, kediaman, pakaian dan pendidikannya, juga lain-lainnya pula.

264. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Pemelihara anak yatim, baik miliknya sendiri atau milik lainnya, saya - Nabi s.a.w. -
dan ia adalah seperti kedua jari ini di dalam syurga." Yang merawikan Hadis ini yakni Malik
bin Anas mengisyaratkan dengan menggunakan jari telunjuk serta jari tengahnya. (Riwayat
Muslim)

Sabda Nabi s.a.w. Alyatim iahu au lighairihi, artinya ialah yang masih termasuk
keluarganya atau yang termasuk orang lain. Yang masih keluarganya seperti anak yatim
yang dipelihara oleh ibunya, neneknya, saudaranya atau lain-lainnya orang yang masih ada
kekeluargaan dengannya. Wallahu a'lam.

265. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Bukannya orang miskin itu orang yang ditolak oleh orang lain ketika meminta sebiji
atau dua biji kurma, atau ketika meminta sesuap atau dua suap makanan. Tetapi hanyasanya
orang miskin yang sebenar-benarnya ialah orang yang enggan meminta-minta - sekalipun
sebenarnya ia membutuhkan." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat kedua kitab Shahih Bukhari dan Muslim itu disebutkan pula demikian:

Nabi s.a.w. bersabda:

"Bukannya orang miskin itu orang yang berkeliling menemui orang-orang banyak,
lalu ditolak ketika meminta sesuap dua suap makanan atau sebiji dua biji kurma, tetapi orang
miskin yang sebenar-benarnya ialah orang yang tidak mempunyai kekayaan untuk
mencukupi kebutuhannya, tidak pula diketahui kemiskinannya,sebabandaikata diketahui
tentu ia akan diberi sedekah, bahkan tidak pula ia suka berdiri lalu meminta-minta sesuatu
kepada orang-orang."

266. Dari Abu Hurairah r.a. juga dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Orang yang berusaha
untuk kepentingan seseorang janda atau orang miskin itu seperti orang yang berjihad fi-
sabilillah," dan saya - yang merawikan Hadrs ini - mengira bahwa beliau s.a.w. juga bersabda:
"Dan seperti pula seorang yang melakukan shalat malam yang tidak pernah letih - yakni
setiap malam melakukannya, juga seperti orang berpuasa yang tidak pernah berbuka - yakni
berpuasa terus setiap harinya." (Muttafaq 'alaih)

267. Dari Abu Hurairah r.a. lagi dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Seburuk-buruk makanan
ialah makanan walimah yang tercegah - yakni tidak diundang - orang yang ingin
mendatanginya yaitu kaum fakir-miskin, sebab membutuhkannya, tetapi diundanglah orang
yang tidak ingin mendatanginya - yaitu kaum kaya raya sebab sudah sering makan enak-
enak. Namun demikian barangsiapa yang tidak mengabulkan undangan walimah -
pengantin - itu, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya." (Riwayat Muslim)

Dalam riwayat kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan demikian
yaitu dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda:

"Sejelek-jelek makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ orang-orang
kaya dan ditinggalkanlah orang-orang fakir-miskin."

268. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:

"Barangsiapa yang menanggung segala keperluan dua gadis - dan mencukupkan
makan minumnya, pakaiannya, pendidikannya, dan lain-lain - sampai keduanya meningkat
usia baligh, maka ia datang pada hari kiamat, saya - Nabi Muhammad s.a.w. - dan ia adalah
seperti kedua jari ini dan beliau mengumpulkan jari-jarinya." (Riwayat Muslim)

Jariyataini yakni dua jariah artinya dua orang anak perempuan.

269. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Ada seorang wanita masuk ke tempatku
dan beserta wanita itu ada dua anak gadisnya. Wanita itu meminta sesuatu, tetapi tidak
menemukan sesuatu apapun di sisiku selain sebiji kurma saja, Kemudian itulah yang
kuberikan padanya, lalu wanita tadi membaginya menjadi dua untuk kedua anaknya itu, ia
sendiri tidak makan sedikitpun dari kurma tersebut. Selanjutnya ia berdiri lalu keluar. Nabi
s.a.w. kebetulan masuk di tempatku pada waktu itu, lalu saya beritahukanlah hal tadi. Beliau
s.a.w. terus bersabda:

"Barangsiapa yang diberi cobaan sesuatu dari gadis-gadis seperti ini, lalu berbuat baik
kepada mereka, maka gadis-gadis itulah yang akan menjadi tabir untuknya dari siksa
neraka." (Muttafaq 'alaih)

270. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Saya didatangi oleh seorang wanita
miskin yang membawa kedua anak gadisnya, lalu saya memberikan makanan kepada
mereka itu berupa tiga biji buah kurma. Wanita itu memberikan setiap sebiji kurma itu
kepada kedua anaknya.sebuah seorang dan sebuah lagi diangkatnya ke mulutnya - hendak
dimakan sendiri. Tiba-tiba kedua anaknya itu meminta supaya diberikan saja yang sebuah itu
untuk mereka makan pula lalu wanita tadi memotong buah kurma yang hendak dimakan itu
menjadi dua buah dan diberikan pada kedua anaknya. Keadaan wanita itu amat
mengherankan saya, maka saya beritahukan apa yang diperbuat wanita itu kepada
Rasulullah s.a.w., kemudian beliau bersabda:

"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk wanita itu akan masuk syurga karena
kelakuannya tadi dan akan dimerdekakan pula dari siksa neraka." (Riwayat Muslim)

271. Dari Abu Syuraih, yaitu Khuwailid bin 'Amr al-Khuza'i r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya saya sangat memberatkan dosa - kesalahan -orang yang menyia-
nyiakan haknya dua golongan yang lemah, yaitu anak yatim dan orang perempuan."

Ini adalah Hadis hasan yang diriwayatkan oleh an-Nasa'i dengan isnad yang baik.

Makna Uharriju ialah aku menganggap dosa dan maksudnya berdosa bagi orang yang
menyia-nyiakan haknya kedua macam orang di atas yakni anak yatim dan wanita, juga aku
takut-takuti dengan sesangat-sangatnya orang yang melakukan sedemikian itu, bahkan
kularang benar-benar, jangan sekali-kali dipermainkan hak-hak mereka itu.

272. Dari Mus'ab bin Sa'ad bin Abu Waqqash radhfallahu 'anhuma, katanya: "Sa'ad
merasa bahwasanya ia memiliki kelebihan keutamaan dari orang-orang yang sebawahnya,
kemudian Nabi s.a.w. bersabda:

"Bukankah engkau semua tidak akan memperoleh pertolongan atau rezeki melainkan
dengan sebab usaha dari orang-orang yang lemah dari kalanganmu semua itu."

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai Hadis mursal, sebab sebenarnya Mus'ab bin
Sa'ad itu adalah seorang Tabi'i. Hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakar al-
Barqani dalam kitab shahihnya sebagai Hadis muttashil dari Mus'ab dari ayahnya r.a.

273. Dari Abuddarda', yaitu 'Uwaimir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Carilah untukmu orang-orang yang lemah, sebab hanyasanya engkau semua diberi
rezeki serta pertolongan dengan sebab orang-orang yang lemah di kalangan engkau semua itu."

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang baik.

Keterangan:

Hadis di atas menurut riwayat Imam an-Nasa'i berbunyi:

"Hanyasanya ummat ini dapat memperoleh pertolongan - Allah Ta'ala - dengan sebab
kaum yang lemah dari golongan mereka - kaum Muslimin."

Mengapa demikian? Dalam penafsirannya disebutkan bahwa kaum yang dha'if, lemah
dan dipandang tidak berharga oleh umumnya masyarakat itulah yang justeru banyak yang
dikabulkan doanya, karena mereka ikhlas dalam berdoa lebih khusyu' dalam mengerjakan
ibadat karena hati mereka sudah kosong samasekali dari pemikiran perihal keduniawiyahan,
sebab memang tidak memiliki kelebihan-kelebihan.

Oleh sebab itu kita yang dari golongan berada, apalagi yang hartawan, jangan sekali-
kali menganggap hina-dina kepada mereka itu, sebab kefakiran dan kelemahan dalam hal
harta benda itu memang bukan suatu cela. Mereka seyogyanya kita tolong sesuai dengan
kemampuan kita, agar suka membantu kita berdoa untuk memperoleh rezeki yang halal.
Mereka tentu suka mendoakan orang yang kasih-sayang kepada mereka, sebab kalau ada
rezeki yang kita peroleh, merekapun pasti akan merasakan bagiannya. Jadi sebagaimana
orang yang tegap dan kuat merasa memiliki kelebihan dengan keberaniannya, maka kaum
yang lemah itupun memiliki kelebihan di sisi Allah Ta'ala dengan doa yang mereka
panjatkan yang mustajab (terkabul) kehadhirat Allah serta dengan keikhlasannya.

26 Taqhar, dapat diartikan bersikap kasar atau menggunakan harta anak yatim itu untuk kepentingannya sendiri
dan tidak ada maksud akan memberikan apabila ia telah dewasa. Adapun Tanhar yang artinya membentak-
bentak, maksudNya ialah orang yang meminta-minta itu jangan ditolak secara kasar, tetapi berilah atau tolaklah
dengan kata-kata yang baik dan halus.


Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih